Sunday, July 27, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

China Dilanda Wabah Chikungunya, Lebih dari 4.000 Kasus Terkonfirmasi

journalist-avatar-top
Minggu, 27 Juli 2025 09.28
china_dilanda_wabah_chikungunya_lebih_dari_4000_kasus_terkonfirmasi

Nyamuk penyebab chikungunya. (Foto: Kemenkes/Mistar)

news_banner

Foshan, MISTAR.ID

China kini tengah menghadapi lonjakan kasus demam chikungunya. Hingga Jumat (25/7/25), tercatat 4.014 kasus telah ditemukan, mayoritas berpusat di kota Foshan, Provinsi Guangdong.

Menurut laporan CNA, Minggu (27/7/2025), lonjakan ini terjadi hanya dalam kurun waktu dua pekan sejak otoritas kesehatan mulai melakukan pelacakan secara intensif. Distrik Shunde di Foshan menjadi daerah terdampak paling parah, menyumbang sekitar 90 persen dari total kasus yang tercatat.

“Wabah chikungunya masih cukup parah,” ujar Wakil Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional, Sun Yang, dalam konferensi pers yang digelar di Foshan.

Otoritas kesehatan China telah mengeluarkan berbagai imbauan untuk pencegahan, mulai dari penggunaan kelambu, obat anti-nyamuk, hingga pintu dan jendela kasa untuk menghindari gigitan nyamuk.

Warga juga diminta rutin memeriksa rumah mereka agar bebas dari genangan air, tempat nyamuk berkembang biak.

Untuk memperkuat upaya pencegahan, Komisi Kesehatan Foshan menerapkan regulasi baru yang menyertakan sanksi denda hingga 10.000 yuan (sekitar Rp22,8 juta) bagi pelanggar yang kedapatan membiarkan tempat berkembang biaknya nyamuk.

Demam chikungunya merupakan penyakit tropis yang menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala utamanya meliputi demam tinggi, nyeri sendi parah, ruam kulit, dan kelelahan, namun jarang menyebabkan kematian.

Saat ini, menurut WHO, dua vaksin chikungunya telah memperoleh izin di beberapa negara. Namun, belum tersedia atau digunakan secara luas, termasuk di China.

Wabah besar terakhir chikungunya di negara ini terjadi pada tahun 2010 dengan 253 kasus yang terdeteksi di Dongguan, provinsi Guangdong. Sejak saat itu, hanya beberapa kasus sporadis yang ditemukan, hingga lonjakan besar kembali terjadi pada tahun ini.[]

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN