Pria Paruh Baya Minta Keadilan Atas Kecelakaan Lalu Lintas di Medan

Mobil yang dibawa Sukidi (putih) saat berbenturan dengan mobil BYD Sealion 7 warna hitam. (foto:istimewa/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Seorang pria paruh baya bernama Sukidi (60), warga Patumbak, Deli Serdang, memohon keadilan atas laporan hukum yang ditujukan kepadanya terkait peristiwa kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kawasan elit Citra Land Bagya City Medan pada Selasa malam, 12 Agustus 2025.
“Saya minta keadilan. Saya gelisah setiap malam, tidak bisa tidur. Rasa takut dan khawatir terus menghantui saya atas laporan ini,” ujar Sukidi saat ditemui wartawan, Jumat (19/9/2025).
Kronologi Kecelakaan
Sukidi menjelaskan bahwa kecelakaan bermula ketika ia menjemput dua anak majikannya yang masih bersekolah. Ia mengendarai mobil majikannya melewati Jalan Orchard BLVD, dan saat melintasi persimpangan Orchard Road, sebuah mobil BYD Sealion 7 warna hitam dengan pelat nomor BK 1880 CA tiba-tiba melaju dari arah lain dan menyerempet mobil yang dikendarainya.
“Kalau saya yang ngebut, pasti mobil hitam itu terpental. Ini malah mobil saya yang terseret, sampai airbag keluar. Anak-anak majikan saya juga luka ringan,” katanya.
Akibat benturan tersebut, mobil majikannya mengalami kerusakan parah dengan estimasi biaya perbaikan mencapai hampir Rp100 juta.
Pertemuan yang Berujung Laporan
Dua hari pasca-kejadian, Sukidi bersama kerabat majikannya menghadiri pertemuan dengan pihak keluarga pengemudi BYD di sebuah kafe di kawasan Citra Land. Namun, pertemuan itu tidak membuahkan solusi.
“Pengemudi perempuan tidak hadir, hanya diwakili familinya. Mereka bicara pakai bahasa Mandarin. Saya kira malam itu selesai secara kekeluargaan, ternyata mereka malah menuntut saya membayar Rp200 juta,” ujarnya.
Karena tidak ada kesepakatan damai, kasus ini berlanjut ke proses hukum. Pada 26 Agustus 2025, Sukidi menerima surat panggilan dari pihak kepolisian.
“Saya terkejut dan makin takut. Saya tidak menabrak. CCTV bisa diperiksa. Tapi saya tetap dilaporkan,” ucapnya.
Yang membingungkan bagi Sukidi, dalam surat panggilan itu disebutkan bahwa kendaraan lawan berpelat BK 1128 AGC, berbeda dengan nomor yang ia lihat saat kejadian (BK 1880 CA).
“Ini yang bikin saya bingung. Kenapa plat nomor bisa berbeda? Saya jadi makin curiga dan bertanya-tanya,” katanya mengeluh.
Harapan Keadilan
Sebagai seorang sopir yang menggantungkan hidup dari pekerjaannya, Sukidi merasa hidupnya kini berubah drastis. Ia harus menghadapi proses hukum dan tuntutan yang jauh melampaui kemampuannya.
“Saya tinggal berdua dengan istri. Anak-anak sudah berkeluarga. Kalau saya sampai ditahan atau dituduh, bagaimana nasib istri saya? Kami jadi ketakutan setiap hari,” ujarnya lirih.
Ia berharap aparat penegak hukum dapat bertindak adil dan memeriksa kasus ini secara objektif.
“Saya percaya polisi bisa adil. Tolong cek CCTV, lihat fakta sebenarnya. Jangan sampai saya jadi korban ketidakadilan,” tuturnya. (ari/hm27)
PREVIOUS ARTICLE
Gempa 6,6 Guncang Nabire, Bangunan Rusak Tanpa Korban