Bitcoin Anjlok ke US$ 109 Ribu, Investor Kripto Tunggu Rilis Data PCE AS

Bitcoin merupakan mata uang kripto pertama yang mempunyai nilai kapitalisasi paling besar. (foto:pixabay/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menyebut investor aset kripto saat ini bersikap “wait and see” menjelang rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE) Index Amerika Serikat (AS) periode Juli 2025.
Data inflasi ini menjadi sorotan karena menjadi acuan utama Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan arah kebijakan suku bunga.
“Pasar kripto tengah berada pada mode menunggu. Jika inflasi lebih rendah dari ekspektasi, hal ini bisa menjadi katalis kuat bagi reli baru Bitcoin dengan target jangka pendek di kisaran US$ 120.000. Bahkan jika terjadi breakout dari all time high sebelumnya, potensi lonjakan bisa mencapai US$ 136.000,” kata Fahmi dalam keterangan tertulis, Selasa (26/8/2025).
Namun, jika data PCE menunjukkan tekanan inflasi yang masih tinggi, Bitcoin diprediksi berpotensi terkoreksi lebih dalam ke zona support US$ 100.000-103.000. Saat ini, level tersebut dianggap sebagai benteng bawah setelah ditembusnya US$ 112.000.
Harga Bitcoin pada Selasa (26/8/2025) pagi tercatat di sekitar US$ 109.700, melemah 5 persen dalam 24 jam terakhir. Penurunan ini terjadi setelah reli yang sempat membawa Bitcoin menembus level tertinggi di atas US$ 123.000 pada 14 Agustus 2025. Sementara itu, harga Ethereum ikut merosot lebih tajam ke area US$ 4.300-an, usai sempat menembus rekor baru di atas US$ 5.000 pada 25 Agustus.
Di sisi lain, pasar saham AS relatif stabil meski penuh kehati-hatian. Indeks S&P 500 ditutup di 6.439,32 poin (-0,43%), Dow Jones melemah 0,77% ke 45.282, dan Nasdaq terkoreksi tipis 0,22% berkat dorongan saham big tech.
Fahmi menilai keadaan ini menunjukkan meningkatnya kewaspadaan investor menjelang rilis data inflasi PCE. Ia menambahkan, tren pelonggaran kebijakan moneter cepat atau lambat akan terjadi, yang berpotensi mengalirkan likuiditas besar ke pasar kripto.
Optimisme pasar tetap kuat dengan ekspektasi The Fed memangkas suku bunga pada September 2025 setelah menahannya selama sembilan bulan.
“Probabilitas pemangkasan masih di atas 85 persen menurut CME FedWatch. Bahkan, Jefferies menaikkan target akhir tahun S&P 500 ke 6.600 poin, mencerminkan keyakinan terhadap fundamental laba korporasi. Namun, risiko kenaikan inflasi di atas perkiraan tetap membayangi,” ucap Fahmi.
Data inflasi PCE Juli 2025 diperkirakan naik 0,2–0,3 persen month-to-month. Jika sesuai ekspektasi, The Fed berpeluang memulai penurunan suku bunga secara bertahap. Namun, jika inflasi lebih rendah, Bitcoin bisa rebound tajam dan Wall Street melanjutkan reli. Sebaliknya, jika inflasi lebih tinggi, pasar kripto dan saham AS berpotensi terkoreksi.
“Untuk menghadapi situasi ini, investor sebaiknya berhati-hati dalam mengambil posisi besar sebelum rilis data PCE. Strategi investasi rutin atau dollar cost averaging bisa menjadi pilihan bagi investor pemula. Diversifikasi melalui instrumen seperti index fund juga dapat membantu mengurangi risiko di tengah ketidakpastian pasar,” ucap Fahmi. (**/hm16)