Monday, November 10, 2025
home_banner_first
EDUKASI

Indonesia Perluas Kerja Sama Pendidikan Kedokteran dengan Selandia Baru

Mistar.idSenin, 10 November 2025 10.33
AN
indonesia_perluas_kerja_sama_pendidikan_kedokteran_dengan_selandia_baru

Ilustrasi jurusan kedokteran. (Foto: Freepik/benzoix)

news_banner

Gyeongju, MISTAR.ID

Pemerintah Indonesia berencana memperluas kerja sama pendidikan dengan Selandia Baru, khususnya di bidang Kedokteran dan Kedokteran Gigi, untuk menjawab kebutuhan tenaga kesehatan dalam negeri.

Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan rencana tersebut usai melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Christopher Luxon di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025 di Gyeongju, Korea Selatan, Jumat (31/10/2025).

“Kita ingin kirim lebih banyak mahasiswa untuk belajar kedokteran dan kedokteran gigi. Kita sangat butuh dokter dan dokter gigi,” ujar Prabowo dalam keterangan video yang disampaikan Sekretariat Presiden, Rabu (5/11/2025) seperti dilansir dari Kompas.

Prabowo mengatakan hubungan Indonesia dan Selandia Baru selama ini telah terjalin erat dalam berbagai sektor, termasuk pertanian, energi terbarukan, dan pendidikan. Menurutnya, penguatan kerja sama di bidang pelatihan tenaga medis merupakan langkah strategis berikutnya dalam memperkuat sumber daya manusia Indonesia.

Indonesia saat ini masih menghadapi kekurangan tenaga dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), rasio dokter umum di Indonesia baru mencapai sekitar 0,47 dokter per 1.000 penduduk, jauh di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan 1 dokter per 1.000 penduduk.

Dalam Sidang Kabinet Paripurna memperingati satu tahun pemerintahannya pada Oktober lalu, Prabowo juga menyoroti kekurangan tenaga medis yang signifikan.

“Kita kekurangan lebih dari 140 ribu dokter. Dokter spesialis juga masih kurang dalam jumlah ribuan. Ini pekerjaan besar yang harus kita selesaikan,” ujarnya.

Keterbatasan tenaga kesehatan tersebut menyebabkan ketimpangan layanan medis, terutama di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan. Saat ini Indonesia hanya mampu mencetak sekitar 2.700 dokter spesialis per tahun, sementara kebutuhan untuk pemerataan layanan kesehatan diperkirakan mencapai 32.000 dokter spesialis per tahun.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah menjalankan sejumlah program seperti penguatan sistem Academic Health System (AHS), peningkatan kuota fakultas kedokteran, pemberian beasiswa dokter spesialis, serta membuka peluang pendidikan dokter melalui skema kerja sama luar negeri.

Pertemuan antara Prabowo dan Luxon juga menjadi kelanjutan dari dialog bilateral keduanya pada KTT APEC 2024 di Peru, yang telah membahas penguatan kemitraan strategis Indonesia-Selandia Baru.

Selain isu pendidikan, kedua pemimpin turut membahas peningkatan kerja sama perdagangan bilateral, ekspansi ekspor produk pertanian dan energi, serta peluang kolaborasi dalam program beasiswa pemerintah. (hm25)


BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN