Monday, November 10, 2025
home_banner_first
SUMUT

Pemerhati Lingkungan Dr Wilmar Simanjorang: “Selamatkan Danau Toba, Kalau Bukan Kita Siapa Lagi?”

Mistar.idSenin, 10 November 2025 13.42
FN
PS
pemerhati_lingkungan_dr_wilmar_simanjorang_selamatkan_danau_toba_kalau_bukan_kita_siapa_lagi

Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia, Dr Wilmar Eliezer Simanjorang. (Foto: Pangihutan/mistar)

news_banner

Samosir, MISTAR.ID

Pemerhati lingkungan asal Samosir, Dr Wilmar Eliezer Simanjorang, kembali menyerukan pentingnya menyelamatkan Danau Toba dari ancaman kerusakan lingkungan. Ia menegaskan, Danau Toba bukan sekadar destinasi wisata, melainkan ruang hidup yang menyimpan sejarah, budaya, dan masa depan masyarakat Batak.

“Selamatkan Danau Toba. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi?” ujar Wilmar kepada MISTAR.ID, Senin (10/11/2025).

Pria berusia 71 tahun itu menyoroti bahwa status Geopark Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark hanya akan bermakna jika dikelola secara ilmiah, berkelanjutan, dan berbasis masyarakat.

“Tanpa kesadaran dan pengelolaan berbasis ilmu, label UNESCO Global Geopark tak akan bermakna apa-apa,” ucapnya.

Wilmar menekankan bahwa Geopark hanya akan hidup bila tiga unsur utama dijaga: konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Ia juga mengingatkan bahwa tanggung jawab menjaga Danau Toba tidak semata berada di tangan pemerintah, melainkan menjadi gerakan bersama seluruh masyarakat.

“Kita tidak sedang kehilangan hutan, kita sedang kehilangan masa depan,” ujarnya, mengingat kembali peristiwa kebakaran hutan yang melanda Samosir pada 2019 dan 2025.

Dalam kejadian itu, Wilmar turun langsung ke lapangan bersama mahasiswa, komunitas adat, dan gereja untuk memadamkan api serta menanam kembali pohon di area terdampak.

“Kalau hutan hilang, maka air dan kehidupan juga ikut hilang. Danau Toba tidak akan bertahan tanpa pohon dan kesadaran manusia,” katanya menegaskan.

Dorong Pembentukan Kebun Raya APL Tele

Sebagai Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia (PSGI), Wilmar mendorong agar kawasan APL Tele dijadikan Kebun Raya bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Kawasan APL Tele menyimpan kekayaan hayati luar biasa. Sudah saatnya dijadikan kebun raya sebagai pusat konservasi dan pembelajaran bagi generasi muda,” ujarnya.

Menurutnya, langkah tersebut akan memperkuat keseimbangan ekologi dan keberlanjutan Geopark Kaldera Toba.

Danau Toba sebagai Jejak Tangan Tuhan

Wilmar juga melihat kecintaan terhadap Danau Toba sebagai bagian dari spiritualitas, bukan sekadar isu lingkungan.

“Danau Toba bukan hanya geologi, ia adalah teologi—jejak tangan Tuhan di tanah kita,” ucapnya.

Ia menilai, kesadaran akan makna spiritual ini harus ditanamkan sejak dini agar generasi muda tumbuh dengan cinta dan tanggung jawab terhadap alam.

Ajak Generasi Muda Hidupi Cinta Alam

Meski telah berusia lanjut, Wilmar tetap aktif menulis, mengajar, dan turun langsung ke lapangan. Ia percaya bahwa cinta terhadap Danau Toba harus diwariskan lintas generasi.

“Cinta kepada Danau Toba harus diteruskan. Ia bukan hanya dipelajari, tapi dihidupi,” tuturnya.

Ia menutup pesannya dengan ajakan sederhana namun bermakna:

“Danau Toba adalah anugerah Tuhan. Ia memberi kita udara, air, dan keindahan. Kini giliran kita menjaganya. Tak perlu menjadi ilmuwan untuk peduli—cukup mulai dari hal sederhana: menanam, membersihkan, dan berbagi kesadaran.”

Seruan Dr Wilmar menjadi pengingat bahwa cinta sejati kepada alam harus diwujudkan dalam tindakan nyata demi masa depan Danau Toba dan generasi mendatang. (hm27)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN