Bendungan di Asahan dan Batu Bara Rusak, DPRD Sumut: Berdampak Petani Gagal Tanam

Anggota Komisi E DPRD Sumut, Ebenejer Sitorus. (IniMedanBung)
Medan, MISTAR.ID
Bendungan di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara rusak sehingga menyebabkan terhambatnya saluran irigasi hingga para petani mengalami gagal tanam.
“Kita berharap agar rehabilitasi, perawatan, dan normalisasi sejumlah bendungan bisa dilakukan di wilayah Asahan dan Batu Bara. Sehingga mampu mengatasi ribuan hektar pertanian yang mengalami gagal tanam dan panen,” ujar Anggota Komisi E DPRD Sumatera Utara (Sumut), Ebenejer Sitorus, Jumat (18/7/2025).
Politisi Partai Hanura tersebut mengatakan perhatian yang lebih serius sangat dibutuhkan dalam menanggulangi persoalan ketersediaan air melalui sistem daerah irigasi melalui kondisi bendungan.
Adapun komponen yang meliputi persoalan tersebut meliputi bendungan, saluran (primer, sekunder, tersier dan pembuangan), sungai, sedimentasi, klep, pintu air dan sarana pendukung.
“Mengingat banyaknya sarana dan prasarana irigasi khususnya di Asahan dan Batu Bara yang kondisinya memprihatinkan, sehingga menyebabkan terganggunya pola tanam bagi lahan pertanian masyarakat,” tuturnya.
Ebenejer menyampaikan selama 3 musim tanam, tidak mendapatkan pasokan air yang cukup dari Bendungan Sei Dalu-dalu di Desa Sukaraja Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara sebagai pemasok utama air untuk mengairi Desa Cinta Dame/Cinta Maju dan Purwodadi seluas 1.460 hektare.
“Hal itu diakibatkan atas rusaknya bendungan pelimpahan air yang mengakibatkan berkurangnya debit air yang masuk ke saluran primer yang memiliki panjang saluran 8.995 meter,” katanya.
Ebenejer menuturkan bendungan Bifurcation Intake Tanjung Muda di Percabangan Sungai Gambus menuju Sungai Tanjung sebagai pemasok air untuk Tanjung Muda, Perkotaan dan Simodong dapat mengairi persawahan seluas 10.065 hektar.
“Bendungan tersebut telah tertutup oleh sedimentasi sungai ke aliran Sungai Tanjung ke bawahnya sepanjang lebih kurang 7.000 meter dengan lebar penampung sungai antara 100 sampai 150 kilometer,” ucapnya.
Hal itu mengakibatkan tertutupnya aliran air menuju Sungai Tanjung yang pada akhirnya ketiga tersebut tidak mampu memasok kebutuhan air ke areal persawahan seluas 10.065 hektar tersebut, sehingga mengakibatkan terjadinya gagal tanam dan gagal panen.
Ia menjelaskan terjadinya tanggul dan tebing sungai yang kritis di beberapa titik sepanjang Sungai Dalu-dalu, Sungai Tanjung dan Sipare-pare disebabkan persoalan yang sangat membutuhkan solusi konkret dalam mengatasi hal tersebut.
“Terjadinya sedimentasi yang luar biasa di beberapa titik pada sungai yang ada di Kabupaten Batu Bara sebagai pemasok air ke-7 yang membutuhkan program normalisasi dan perkuatan tebing di beberapa titik,” ujarnya.
Dikatakan Ebenejer, persoalan tersebut guna mendukung program swasembada dan kedaulatan pangan Presiden Prabowo sebagaimana yang tertuang dalam Asta Cita melalui perbaikan sejumlah bendungan 3 wilayah tersebut. (Ari/hm18)