Friday, July 18, 2025
home_banner_first
MEDAN

Menelisik Pengadaan Air Bersih di Medan (1): Sering Keruh, Warnanya Coklat dan Berbau

journalist-avatar-top
Jumat, 18 Juli 2025 19.33
menelisik_pengadaan_air_bersih_di_medan_1_sering_keruh_warnanya_coklat_dan_berbau

Warga menampung air dari kran saluran Perumda Tirtanadi di Medan, Kamis (17/7/25). Warga mengeluh karena air yang digunakan sehari-hari untuk mandi dan mencuci tersebut terlihat keruh. (foto:adil situmorang/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Di tengah kebutuhan hidup yang semakin kompleks, warga Kota Medan justru menghadapi masalah mendasar, yakni air bersih. Dari Medan Amplas hingga Medan Marelan, keluhan demi keluhan muncul soal aliran air dari Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirtanadi yang tidak hanya kecil, tapi juga keruh dan berbau lumpur, bahkan kerap mati.

Di balik kran yang nyaris tak menetes itu, tersimpan keresahan dan harapan warga akan layanan publik yang seharusnya menjadi hak dasar.

Ironisnya, para camat mengaku tak tahu-menahu, sementara Tirtanadi menyebut masalahnya ada di pipa tua dan defisit produksi.

Di saat masyarakat terpaksa beli air galon untuk mandi dan masak, publik bertanya,"Sampai kapan air bersih harus jadi barang mahal di kota ini?

“Air sering keruh, warnanya coklat dan berbau. Kalau pagi alirannya kecil sekali, kadang tidak keluar sama sekali. Susah untuk mandi atau cuci baju,” ujar Siti (37), warga Medan Denai, baru-baru ini.

Senada, Nurleli (48), warga Kecamatan Medan Johor yang menggunakan air Perumda Tirtanadi, juga memiliki keluhan soal kualitas air yang keruh dan terdapat endapan lumpur kecoklatan di dalam bak mandi.

"Saat ini airnya sudah aman (tidak pernah mati), tapi kualitas air kadang baik, kadang tidak. Seperti keruh, agak kecoklatan, berbau lumpur. Kondisi ini sudah terjadi sejak Desember 2024 lalu," ujarnya kepada Mistar, Senin (14/7/2025).

Dalam memenuhi kebutuhan air, dikatakan Leli, dirinya harus menggunakan saringan berulang kali hingga air yang mengalir benar-benar jernih. Dia mengaku sempat beberapa bulan harus menggunakan air galon untuk kebutuhan air minum dan masak.

"Saya pernah menyampaikan keluhan melalui petugas yang datang saat ngecek meteran air Tirtanadi dan melalui hubungan gangguan pelanggan. Responnya seperti biasa, akan segera diperbaiki," tuturnya.

Febrisya Puti Cendani (24), warga Kecamatan Medan Johor lainnya, juga menyampaikan keluhan yang nyaris sama. Namun soal matinya aliran air, ia mengaku jarang mengalaminya.

“Pernah mati air beberapa waktu lalu. Kami terpaksa ke tempat tukang galon untuk membeli air. Biayanya Rp20 ribu per ember. Kami juga selalu pakai saringan kain karena airnya keruh. Ada hitam-hitamnya dan berbau,” ucapnya.

Haikan Faried (24), warga Kecamatan Medan Amplas turut mengeluhkan aliran air Tirtanadi yang kecil saat dibutuhkan pada pagi hari.

“Waktu kita butuh air saat mau pergi sekolah, mandi atau sholat, aliran air pagi harinya kecil. Tapi saat air tidak dipakai atau waktu siang hari, malah aliran airnya deras. Waktu malam juga aliran airnya kecil dan lambat,” ucapnya.

Haikal juga menyampaikan, dalam memenuhi kebutuhan air, dirinya harus menampung semua air hingga penuh di setiap ember yang dimilikinya.

“Per bulan kami mau bayar Rp200 ribu lebih, tapi ya aliran airnya malah kecil dan lambat. Jadi Tirtanadi tolong pakai otaknya juga. Bayar mahal, airnya kecil, kadang keruh juga,” katanya.

Mereka turut menyampaikan harapan serupa kepada Pemerintah Kota Medan dan Perumda Tirtanadi terkait kualitas air tersebut agar kebutuhan air bersih dan sehat dapat mereka peroleh dengan lancar.

“Akses aliran dan kualitas air lebih ditingkatkan dan kehigienisannya juga diperhatikan dengan serius. Air bersih sangat penting dan esensial untuk kehidupan sehari-hari, seperti minum, memasak, mandi. Sebaiknya aliran airnya juga lancar agar kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi,” harap mereka.

Respons Tiga Kecamatan

Sementara itu, dari data yang diolah Mistar dari berbagai sumber, total keluhan warga Kota Medan soal pelayanan Perumda Tirtanadi mencapai 1.220 laporan untuk periode Januari hingga Juni 2025. Jika dirata-ratakan, ada 203 laporan per bulan.

Jenis keluhan yang paling dominan mencakup tekanan air lemah 40%, air keruh 37%, air tidak mengalir 14%, serta masalah tagihan 9%. Kecamatan paling sering melapor yakni, Medan Denai 20%, Medan Johor 16%, serta Medan Tembung 13%. Lalu bagaimana tanggapan para camat soal keluhan warga dari ketiga wilayah ini?

Camat Medan Amplas, Putera Ramadan, mengaku di wilayahnya tidak ada terdampak krisis air bersih dari Perumda Tirtanadi.


Kantor Pusat Perumda Tirtanadi. (foto:dokistimewa/mistar)

"Belum ada laporan masyarakat. Kalau di kantor, selama ini bagus-bagus saja saya lihat," ujarnya saat dikonfirmasi Mistar melalui telepon seluler, Senin (14/7/2025).

Selain tidak pernah menerima laporan krisis air, pihaknya juga belum mendapat pengaduan mengenai adanya air tersendat-sendat, mati atau bahkan keruh.

Putera pun berharap kondisi air bersih di Medan Amplas tetap stabil. "Mudah-mudahan memang enggak ada, karena kebanyakan masih pakai sumur bor. Dari laporan-laporan belum ada. InsyaAllah janganlah sampai ada," ujarnya.

Senada dengan Putera, Plh. Camat Medan Johor, Muhammad Yudha, juga mengaku pihaknya sejauh ini belum ada menerima laporan mengenai krisis air bersih di wilayah Medan Johor.

"Untuk Medan Johor, sepertinya tidak ada keluhan terkait krisis air bersih. Pernah krisis kemarin pas longsor di Sibolangit. Setelah itu tidak pernah lagi," katanya.

Lebih lanjut, Yudha mengatakan pihaknya sempat mendapatkan laporan dari masyarakat mengenai air Tirtanadi yang alirannya tidak deras.

"Sering air yang keluar kecil karena banyaknya orang memakai pompa air. Kalau keruh, enggak. Cuma kecilnya saja yang sering," ujarnya.

Sesekali, diungkapkan Yudha, saluran air Tirtanadi di wilayah Medan Johor ngadat. Menurut dia, macetnya aliran air karena banyaknya warga yang menggunakan pompa air.

"Ya, kadang mau mati juga, tapi saya rasa karena banyak yang pakai pompa air. Jadi, tersedot ke mereka yang pakai pompa, karena kalau malam hari airnya kencang," ucapnya.

Untuk menanggulangi persoalan tersebut, pihaknya mengaku akan berkoordinasi dan menyampaikan ke pihak Tirtanadi agar ditindaklanjuti penanganannya. "Upaya kita menginformasikan ke pihak Perumda Tirtanadi," katanya.

Namun, ketika ditanya apakah sudah ada menyampaikan kepada Tirtanadi mengenai masalah tersebut dan apa respons pihak Tirtanadi, hingga Selasa (15/7/2025) Yudha belum memberikan penjelasan apa pun.

Sementara itu, Camat Medan Marelan, Zulkifli Syahputra Pulungan, juga mengaku sejauh ini wilayah Medan Marelan tidak ada keluhan masyarakat mengenai krisis air bersih.

"Kalau untuk Perumda Tirtanadi belum ada kendala masalah pemakaiannya, tapi masalah pemasangan baru yang sampai saat ini belum bisa difasilitasi. Info yang didapat untuk permohonan pemasangan baru belum terealisasi. Selebihnya masih lancar," katanya.

Siapkan Sejumlah Program

Terpisah, Perumda Tirtanadi mengaku terus melakukan pembenahan pelayanan pasokan air termasuk di Kota Medan. Saat ini seluruh kecamatan di Kota Medan telah dimasuki layanan oleh Perumda Tirtanadi.

"Kalau untuk pelayanan Kota Medan, kita sudah memberikan pelayanan di duapuluh satu kecamatan yang ada," ujar Plt Direktur Utama Perumda Tirtanadi, Ewin Putra kepada Mistar, Rabu (16/7/2025).

Namun Ewin mengaku masih adanya beberapa titik pelayanan yang belum maksimal saat ini. Salah satunya karena defisitnya kapasitas produksi.

"Cuma memang ada di beberapa lokasi pelayanan kita yang masih belum optimal. Dari sisi kapasitas produksi air masih defisit dibanding jumlah pelanggan dan potensi calon pelanggan. Kurang lebih seperti itu," ucapnya.

Ia mengatakan, cakupan layanan Tirtanadi di Kota Medan masih dibawah angka 80 persen. "Jadi sesuai dengan audit dari BPKP untuk cakupan layanan kita untuk Kota Medan itu mencapai tujuh puluh satu persen," tutur Ewin.

Selain itu, faktor perpipaan yang sudah menua menjadi salah satu sebab belum optimalnya pelayanan.

"Memang ada beberapa daerah yang belum optimal pelayanannya. Karena itu tadi, masih defisit (produksi air) dan faktor jaringan perpipaan juga sudah ada yang tua. Jadi masih belum maksimal di beberapa daerah tertentu," ujarnya.

Menanggapi sejumlah faktor tersebut, Perumda Tirtanadi juga telah menyiapkan beberapa program. Salah satunya rencana penambahan kapasitas produksi.

"Tentu Tirtanadi sesuai dengan rencana bisnis, ada program untuk penambahan kapasitas produksi. Jadi kita tambah produksinya supaya debitnya bisa mengejar ketertinggalan defisit tersebut," ucap Ewin.

Kemudian Ewin mengatakan, pihaknya akan melakukan peremajaan pipa secara bertahap.

"Program kita ada peremajaan pipa, khususnya pipa yang sudah tua. Misal ada pipa dari besi yang bocor. Kemudian ada endapan dalam pipa sehingga diameternya mengecil. Tapi memang ini bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan juga," tuturnya.

Terkait beberapa keluhan air keruh yang ada di Kota Medan, Ewin mengatakan hal tersebut akibat penuaan pipa-pipa air di beberapa titik di Kota Medan.

"Kalau air keruh memang istilahnya ada beberapa faktor. Pertama mungkin di jaringan perpipaan karena sudah tua. Jadi ada yang bocor sehingga air dari luar masuk. Akibatnya air yang di dalam pipa terkontaminasi," ujarnya.

"Kedua, mungkin kalau air yang diolah itu masih ada endapan-endapan. Jadi ketika ada endapannya membuat air keruh. Jadi solusinya, kita buka bagian yang ada di ujung pipa. Begitulah kurang lebih," imbuhnya.


Plt Direktur Utama Perumda Tirtanadi, Ewin Putra. (foto:dokistimewa/mistar)

Ewin juga mengungkapkan, Perumda Tirtanadi telah membuka sejumlah akses untuk menerima segala keluhan dari pelanggan terkait pelayanan air.

"Kalau untuk keluhan, ada beberapa fasilitas kita berikan kepada pelanggan. Pertama kita punya call centre yang bisa dihubungi 24 jam bebas pulsa. Kemudian bisa juga melalui telepon-telepon cabang. Lalu dari sosmed juga bisa, nanti dimonitor admin," tuturnya.

Ewin pun mengatakan, Perumda Tirtanadi juga telah memanfaatkan teknologi untuk menyerap keluhan dari pelanggan.

"Terus di android bisa juga dari mytirtanadi. Disitu bisa juga menyampaikan keluhan. Jadi pelanggan yang ngeluh tersebut bisa ditindaklanjuti cabang masing-masing sesuai dengan wilayah pelayanannya. Poinnya kita percepatanlah," katanya.

Fasilitasi Keluhan Warga

Menyikapi banyaknya keluhan masyarakat soal kecilnya volume dan keruhnya air, Pemko Medan mengaku akan segera menyurati Perumda Tirtanadi.

Rencananya, semua laporan masyarakat yang masuk ke kecamatan akan disampaikan ke Pemko Medan untuk selanjutnya diteruskan ke Perumda Tirtanadi.

“Karena Tirtanadi berada di bawah pengawasan Provinsi Sumut, sifatnya kita akan menyurati ke sana. Jadi laporan yang masuk ke kecamatan akan kita sampaikan untuk ditindaklanjuti dan diperbaiki,” ucap Kadis Kominfo Kota Medan, Arrahman Pane, saat dikonfirmasi Mistar, Rabu (15/7/25).

Amon sapaan akrabnya, mengatakan Pemko Medan pasti akan memfasilitasi semua keluhan warga, meski instansi ataupun lembaga yang dimaksud tidak berada di bawah kewenangan pihaknya.

“Pasti kita fasilitasi, apalagi keluhannya sudah banyak. Oleh karena itu kita harap masyarakat untuk melapor ke kecamatan agar laporannya bisa langsung diproses dan diteruskan,” katanya.

Amon juga mengaku, keluhan soal air juga sudah sering diterima pihaknya. Baik itu melalui masyarakat atau pun kegiatan Anggota DPRD Kota Medan.

“Beberapa perbaikan juga sudah pernah dilakukan Titrtanadi dan kondisinya sempat kembali normal. Dengan adanya aduan ini, tentu akan menjadi perhatian kita untuk dilaporkan kembali,” pungkasnya. (berry/deddy/iqbal/rahmad/hm01)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN