Formasi Misterius Batu di Mars Picu Teori Peradaban Kuno

Formasi Batu di Mars. (Foto: Freepik/Mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Sejumlah formasi batu di permukaan Mars kembali memicu perdebatan. Mulai dari struktur mirip piramida hingga geoglif menyerupai burung, citra satelit NASA memperlihatkan pola geometris yang dianggap terlalu presisi untuk hanya sekadar kebetulan.
Formasi yang paling mencuri perhatian adalah struktur berbentuk lubang kunci di kawasan Libya Montes. Foto yang diambil Mars Reconnaissance Orbiter pada 2011 menunjukkan dasar berbentuk baji dengan kubah bundar di atasnya.
Bagi George J. Haas, pendiri The Cydonia Institute yang lebih dari tiga dekade meneliti Mars, simetri itu begitu indah hingga mengingatkannya pada Makam Kofun di Jepang.
Haas bersama timnya bahkan menulis makalah pada 2016 yang menegaskan bahwa bentuk tersebut terlalu teratur untuk dianggap fenomena alami. Meski mayoritas ilmuwan menyebutnya sekadar ilusi optik atau pareidolia, Haas berpendapat bahwa “Anda tidak perlu jadi geolog untuk membedakan batu dari patung.”
Fenomena serupa juga ditemukan di Cekungan Argyre tahun 2002. Wilmer Faust mengidentifikasi pola menyerupai burung beo, lengkap dengan mata, paruh, sayap, hingga detail bulu. Haas menghitung ada 22 titik anatomi yang sesuai dengan burung nyata.
Lima dokter hewan, termasuk spesialis burung, sempat diminta meninjau gambar itu dan mereka menilai bentuknya konsisten dengan anatomi unggas.
Tak berhenti di situ, formasi lain yang dijuluki Piramida Sagan juga menimbulkan tanda tanya. Difoto Mariner 9 pada 1972 di wilayah Elysium, struktur segitiga raksasa ini memiliki tinggi hampir satu kilometer. Carl Sagan pernah mengusulkan bahwa angin dan badai pasir bisa membentuknya, meski ia mengakui perlu penelitian lebih dekat. Haas, sebaliknya, menilai tepi piramida yang tajam tidak wajar untuk formasi alami.
Di Nepenthes Mensae, perhatian tertuju pada struktur starburst dengan lima lengan yang memancar dari gundukan pusat. Haas membandingkannya dengan benteng-benteng bintang di Eropa abad ke-16, bahkan menyinggung kemiripan dengan Fort Henry di Tennessee.
Kalangan ilmuwan arus utama tetap skeptis, menjelaskan bahwa erosi, longsor, atau aktivitas vulkanik sudah cukup untuk menghasilkan bentuk tak beraturan itu. Namun Haas yakin, Mars menyimpan rahasia yang lebih besar.
“Mars akan menjadi gudang teknologi dan informasi,” katanya, dikutip Daily Mail, Kamis (18/9/2025).
Dengan rencana SpaceX mengirim misi tanpa awak ke Mars paling cepat tahun 2026, lalu misi berawak pada 2029, manusia mungkin segera bisa memastikan apakah formasi-formasi itu hanyalah fenomena geologi atau jejak peradaban yang pernah ada.[]






















