Sunday, June 15, 2025
home_banner_first
SAINS & TEKNOLOGI

BRIN Identifikasi Katak Pohon Jenis Baru dari Sulawesi

journalist-avatar-top
Minggu, 15 Juni 2025 08.34
brin_identifikasi_katak_pohon_jenis_baru_dari_sulawesi

Spesies katak pohon baru ditemukan di Sulawesi. (f: ist/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan satu spesies katak pohon baru di wilayah Sulawesi. Katak pohon dari genus Rhacophorus ini ditemukan di dua area berbeda, yakni Gunung Katopasa dan Gunung Gandang Dewata.

Penemuan jenis katak pohon baru menambah kekayaan fauna endemik Sulawesi, khususnya dari kelompok amfibi. Temuan ini juga menegaskan pentingnya upaya konservasi keanekaragaman hayati di kawasan Wallacea.

Dalam siaran pers yang dirilis melalui situs resmi BRIN, Minggu (15/6/2025), spesies katak pohon baru ini dinamai Rhacophorus Boeadii karena sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum Drs. Boeadi.

Ia seorang naturalis dan ilmuwan dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), atas kontribusinya dalam bidang zoology, serta pelestarian satwa herpetofauna di Indonesia.

Amir Hamidy, peneliti herpetologi BRIN, mengungkapkan bahwa R. boeadii sp. nov. memiliki karakteristik morfologi yang membedakannya dari tiga spesies lain dalam genus Rhacophorus yang juga berasal dari Sulawesi, yakni R. edentulus, R. georgii, dan R. monticola.

"Katak ini berukuran sedang, dengan panjang tubuh jantan berkisar antara 40–45 mm dan betina antara 48–54 mm. Ciri lain yang menonjol antara lain moncong jantan yang miring, kulit bagian punggung yang kasar dengan bintik putih, serta adanya pola bercak putih di sisi tubuh," ujar Amir.

Ia menjelaskan bahwa penemuan ini merupakan hasil survei intensif yang dilakukan antara tahun 2016 hingga 2019 di kawasan Gunung Katopasa (Sulawesi Tengah) dan Gunung Gandang Dewata (Sulawesi Barat).

Melalui analisis morfologi, genetika, dan suara panggilan jantan, diketahui bahwa spesimen tersebut merupakan spesies yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya.

"Kami sangat antusias dengan penemuan ini karena memberikan gambaran lebih dalam tentang kekayaan biodiversitas unik di Sulawesi. Namun, kami juga merasa khawatir karena habitat spesifiknya di hutan dataran tinggi sangat rentan terhadap kerusakan dan perubahan iklim," tutur Amir.

Wilayah Wallacea dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati yang memiliki tingkat endemisme tinggi, khususnya pada kelompok amfibi. Sayangnya, tekanan terhadap habitat alaminya terus meningkat. Hal ini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan spesies endemik tersebut.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Zootaxa (5569 (2): 201–230), dan menjadi referensi penting dalam kajian taksonomi serta upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. (hm20)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN