Tuesday, June 24, 2025
home_banner_first
SAHABAT PENDIDIKAN

Wisuda Universitas Asahan Diwarnai Haru: Gelar Sarjana untuk Irmayanti yang Telah Tiada

journalist-avatar-top
Selasa, 24 Juni 2025 09.41
wisuda_universitas_asahan_diwarnai_haru_gelar_sarjana_untuk_irmayanti_yang_telah_tiada

Leli Herawati menggantikan adiknya, Irmayanti, yang telah meninggal dunia. (f: perdana/mistar)

news_banner

Asahan, MISTAR.ID

Prosesi Wisuda Sarjana ke-34 Universitas Asahan tidak seperti biasanya, Sabtu (21/6/2025). Tahun ini, acara wisuda dipenuhi rasa haru. Dari 534 sarjana, ada seorang wisudawati bernama Irmayanti yang tidak dapat hadir menerima gelar sarjana.

Irmayanti telah berpulang pada 30 April 2025 atau dua hari sebelum sidang meja hijau. Atas dedikasinya, kampus memberikan penghargaan khusus karena perjuangannya menyelesaikan skripsi.

Leli Herawati, sang kakak, melangkah perlahan dengan mata berkaca-kaca, sambil sesekali menyeka air mata. Leli menggantikan adiknya di atas podium. Kehadiran Leli diiringi riuh tepuk tangan hadirin yang turut berdiri.

Irmayanti, wisudawati dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Bahasa Indonesia meninggal setelah menjalani operasi usus buntu.

Leli mengatakan bahwa Irmayanti adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Irmayanti dikenal sebagai anak yang rajin dan mandiri. Ia juga memiliki semangat hidup yang luar biasa.

Biaya kuliah Irmayanti diperolehnya dari kerja kerasnya sebagai guru mengaji dari rumah ke rumah di desanya, Sijabut Teratai, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan.

“Semasa kuliah adik kami sangat aktif menadi guru mengaji dari rumah ke rumah. Bahkan, sampai 18 tempat,” kata Leli kepada Mistar dengan suara lirih tertahan.

Masalah hidup Irmayanti tidak hanya soal ekonomi. Ia adalah seorang anak perempuan yatim piatu karena kedua orang tuanya kecelakaan saat Irmayanti duduk di bangku SMP.

“Kala itu tahun 2016, saat masih duduk di bangku SMP, Irmayanti mengalami kecelakaan di Jalan Lintas Sumatera. Tepatnya di Desa Petatal, Kabupaten Batu Bara. Irmayanti bersama ibu dan ayah kami sedang dalam perjalanan pulang setelah mengantar abang ke Bandara Kualanamu. Mobil yang mereka tumpangi kecelakaan,” kata Leli.

Dari delapan orang penumpang, hanya Irmayanti yang selamat. Tujuh lainnya, termasuk kedua orang tua mereka meninggal dunia di tempat. Sejak saat itu, ia hidup sebagai yatim piatu dan dibesarkan oleh kakak dan abangnya.

“Saya kalau ingat itu masih menangis membayangkan adik kami ini. Allah punya cerita lain untuk dia. Kami yakin ini adalah yang terbaik,” kata Leli sambil menyeka air matanya lagi.

Meski dibayangi trauma dan kehilangan, Irmayanti tetap berdiri tegak. Ia memilih melanjutkan hidup, mengejar pendidikan, dan membuktikan bahwa luka tidak pernah menghalangi cita-cita.

“Takdir seolah kembali menguji keluarga kami. Tepat dua hari menjelang sidang akhir skripsinya, Irmayanti meninggal,” ucapnya.

Duka masih menyelimuti pihak keluarga. Tapi, di tengah tangis, terselip kebanggaan. Irmayanti, meski tidak hadir secara fisik, tetap menjadi bagian dari sejarah Universitas Asahan. (perdana/hm20)

REPORTER: