Wednesday, October 22, 2025
home_banner_first
SAHABAT PENDIDIKAN

UINSU Gandeng Densus 88 Cegah Penyebaran Paham Radikal di Era Digital

Mistar.idSelasa, 21 Oktober 2025 20.45
RJ
SH
uinsu_gandeng_densus_88_cegah_penyebaran_paham_radikal_di_era_digital

Foto bersama usai audiensi dan sosialisasi di Kampus UINSU (foto:humasuinsu/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Keterbukaan akses informasi di era digital menjadi tantangan baru bagi dunia kampus dalam mencegah penyebaran paham radikal.

Hal ini disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Prof. Nurhayati, saat melakukan audiensi dan sosialisasi dengan Tim Cegah Satgaswil Sumut Densus 88 AT Polri di Kampus IV, Selasa (21/10/2025).

Menurutnya, kampus tidak cukup hanya mengandalkan kegiatan akademik untuk membentengi mahasiswa-mahasiswi dari paparan ideologi ekstrem. Pengawasan terhadap aktivitas mahasiswa, baik dalam organisasi intra maupun ekstra kampus, menjadi bagian penting dari upaya pencegahan dini.

“Kegiatan ini sangat penting guna meningkatkan kesadaran sivitas akademika tentang ancaman radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus,” ucap Nurhayati.

Ia juga menyatakan siap menjalin kerja sama dalam penelitian dan program pencegahan ekstremisme berbasis kajian keagamaan dan sosial.

Dalam kesempatan yang sama, Kasatgaswil Sumut, Kombes Pol Dr. Didik Novi Rahmanto, menekankan pentingnya pendekatan edukatif dalam mencegah terorisme di lingkungan pendidikan.

Ia menyebut radikalisme sebagai “virus ideologi” yang menyebar melalui ruang digital, sehingga kampus memiliki peran vital sebagai filter dengan memberikan “vaksin kesadaran”, termasuk melalui dunia pendidikan.

“Jika virus merupakan paham yang menyesatkan, maka vaksin adalah pemahaman agama yang benar dan moderat,” ujarnya.

Didik juga mengungkapkan bahwa pihaknya terus melakukan studi dan publikasi terhadap literatur ekstrem yang dijadikan rujukan kelompok radikal, serta menyiapkan buku tandingan yang mengedepankan tafsir keagamaan damai dan kontekstual.

Ia mendorong kampus untuk membentuk mahasiswa menjadi “duta cegah” dan “duta damai” di tengah masyarakat.

“Coba bayangkan kalau tiga puluh ribu mahasiswa ini turun ke desa-desa membawa pesan perdamaian, maka vaksin ideologi itu akan tersebar luas hingga ke akar rumput,” tuturnya.

Didik menegaskan bahwa pencegahan terorisme harus melibatkan seluruh pihak, baik aparat, kampus, tokoh agama, media, maupun masyarakat. (hm16)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN