Minim Sosialisasi, Siswa Nias Mundur dari Beasiswa ADEM Meski Sudah Lolos

Sejumlah siswa SMA sedang mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah. (foto: Susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Meski menjadi peluang besar bagi anak-anak dari daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), program beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) ternyata masih belum sepenuhnya dimanfaatkan masyarakat di Kepulauan Nias.
Disebutkannya, sejumlah siswa yang sebenarnya telah lolos seleksi, namun memilih mundur karena minimnya sosialisasi dan masih tingginya kekhawatiran orang tua.
Damai Niscaya Telaumbanua, salah seorang siswa ADEM yang kini menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Medan, menceritakan banyak teman seangkatannya dari Nias memilih mundur walau sudah dinyatakan lolos.
Menurutnya, kekhawatiran tersebut didasari oleh anggapan negatif soal beasiswa yang tidak diberikan penuh.
“Mereka nggak yakin kalau beasiswa ADEM ini, semua dibiayai. Karena sejauh ini beasiswa yang didapat orang Nias seperti beasiswa kuliah itu, hanya setengah-setengah dikasih. Duit orang tua masih tetap keluar,” katanya kepada Mistar, Selasa (26/8/2025).
Hal serupa juga diungkapkan Jackoniah Valentino Tafonao, siswa ADEM di SMAN 1 Medan. Menurutnya, ketidakpercayaan terhadap program ADEM juga muncul karena kurangnya sosialisasi, serta anggapan negatif soal tinggal di asrama dan jauh dari pengawasan keluarga di Nias.
“Mereka takut anaknya diapa-apain, disiksa, atau dipelonco. Padahal di sini aman, nyaman, dan semua fasilitas tersedia,” tutur Jackoniah.
Kedua siswa ini berharap agar pemerintah melakukan sosialisasi lebih luas ke daerah asal mereka, agar masyarakat tidak ragu memanfaatkan program ini.
“Adik-adik yang sekarang masih SMP, apalagi kelas tujuh sampai sembilan, harus sudah mempersiapkan diri dari sekarang. Jangan sampai kesempatan seperti ini disia-siakan,” ujar Damai.
Menurut mereka, pemahaman yang salah terhadap beasiswa ADEM bisa berakibat pada rendahnya partisipasi dan berkurangnya kuota penerimaan dari daerah seperti Nias. Hal ini akan berdampak pada masa depan pendidikan anak-anak di wilayah 3T.
“Kalau kita yang sudah lolos tidak dimanfaatkan dengan baik, bisa saja nanti kuotanya dikurangi. Padahal banyak anak Nias yang punya potensi. Jadi kita harap sosialisasinya digencarkan, agar orang tua semakin yakin,” ucap Jackoniah. (Susan/hm18)