Wednesday, August 20, 2025
home_banner_first
NASIONAL

Sesar Baribis: Ancaman Seismik Tersembunyi di Bawah Ibu Kota Jakarta

journalist-avatar-top
Rabu, 20 Agustus 2025 21.13
sesar_baribis_ancaman_seismik_tersembunyi_di_bawah_ibu_kota_jakarta

Ilustrasi, Sesar Baribis: Ancaman Seismik Tersembunyi di Bawah Ibu Kota Jakarta. (foto:ayojakarta/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Sesar Baribis kembali menjadi sorotan setelah gempa berkekuatan Mw 4,9 mengguncang Bekasi pada Rabu, 20 Agustus 2025. Getarannya dirasakan hingga Jakarta, Depok, Tangerang, dan Purwakarta.

Sebagai salah satu patahan aktif terpanjang di Pulau Jawa yang membentang sekitar 100 km dari Purwakarta hingga Kabupaten Lebak (Banten), Sesar Baribis menyimpan potensi seismik besar yang mengancam wilayah padat penduduk seperti Jabodetabek.

Apa Itu Sesar Baribis?

Sesar Baribis adalah patahan naik (sesar dorong) yang terbentuk sejak zaman Pliosen. Patahan ini dibagi menjadi beberapa segmen: barat, tengah, dan timur, dengan karakteristik seismik masing-masing.

Penelitian geofisika dan pemantauan terbaru menggunakan GPS dan teknologi InSAR menunjukkan bahwa sesar ini masih aktif dan mengalami pergerakan beberapa milimeter per tahun.

Beberapa segmennya diyakini masih terkunci, artinya ada potensi energi yang bisa dilepaskan dalam bentuk gempa signifikan.

Jejak Sejarah dan Bukti Aktivitas Seismik

Catatan sejarah menunjukkan bahwa sistem patahan di wilayah ini pernah memicu gempa besar pada abad ke-18 dan ke-19 yang menyebabkan kerusakan parah di Batavia (kini Jakarta), Bogor, dan sekitarnya.

Gempa kecil yang tercatat dalam dekade terakhir, serta yang terbaru di Bekasi, semakin memperkuat indikasi bahwa Sesar Baribis aktif dan perlu diwaspadai.

Gempa Bekasi dan Peringatan BMKG

Gempa Mw 4,9 yang mengguncang Bekasi merupakan gempa dangkal di darat, sehingga tidak berpotensi tsunami, namun cukup dirasakan di wilayah padat penduduk.

BMKG mengingatkan kemungkinan adanya gempa susulan, meski dengan kekuatan lebih kecil. Masyarakat diimbau tetap tenang, mematuhi protokol keselamatan, dan mengikuti informasi resmi dari BMKG atau pemerintah daerah.

Risiko Nyata bagi Jabodetabek

Jakarta dan sekitarnya rentan terhadap dampak gempa dari Sesar Baribis, terutama karena:

- Jenis tanah yang lunak dan mengendap di wilayah utara Jakarta dapat memperkuat getaran.

- Penurunan muka tanah (land subsidence) memperlemah fondasi bangunan.

- Kepadatan penduduk dan infrastruktur kritis (seperti rumah sakit, jembatan, gedung bertingkat) meningkatkan risiko korban dan kerugian besar.

Skenario gempa besar menunjukkan kemungkinan korban jiwa massal, ratusan ribu pengungsi, dan kerugian ekonomi bernilai triliunan rupiah.

Upaya Mitigasi: Apa yang Harus Dilakukan?

1. Pemutakhiran Peta Bahaya

Memasukkan data Sesar Baribis ke dalam perencanaan tata ruang.

2. Peningkatan Sistem Pemantauan

Perluasan jaringan seismometer, pengukuran GPS, dan integrasi data InSAR.

3. Penguatan Aturan Bangunan

Regulasi bangunan tahan gempa untuk semua jenis infrastruktur vital.

4. Audit Infrastruktur Publik

Evaluasi ketahanan jembatan, RS, jaringan listrik, dan fasilitas publik lainnya.

5. Edukasi dan Simulasi Gempa

Latihan evakuasi, penyusunan jalur evakuasi, dan komunikasi darurat.

6. Kolaborasi Multidisiplin

Keterlibatan peneliti, sejarawan, pemerintah daerah, dan komunitas lokal dalam menyusun strategi mitigasi yang sesuai konteks wilayah.

Tantangan dan Rekomendasi

Masih banyak segmen Sesar Baribis yang belum terpetakan secara detail. Oleh karena itu, riset intensif dan integrasi data antar lembaga seperti BMKG, BRIN, universitas, dan mitra internasional sangat diperlukan.

Selain itu, mitigasi tidak akan efektif tanpa koordinasi kebijakan dari pemerintah pusat hingga daerah, serta dukungan legislatif dan anggaran yang konsisten.

Kesimpulan

Sesar Baribis bukan sekadar kajian ilmiah—ia adalah ancaman nyata yang membayangi puluhan juta jiwa di Jabodetabek. Mengurangi risiko gempa berarti harus bertindak sekarang, memperkuat sistem peringatan dan peta bahaya, membangun dengan aman, dan meningkatkan kesiapan masyarakat.

Warga diimbau untuk tetap waspada, tidak panik, dan selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG dan otoritas terkait.

Artikel ini ditulis dan disunting dengan dukungan teknologi Kecerdasan Buatan (AI), merujuk pada berbagai sumber, Rabu (20/8/2025). (*)

REPORTER: