Krisis Geopolitik Memanas, Anggota MPR RI Desak Pemerintah Percepat Kemandirian Pangan

Anggota MPR RI, Johan Rosihan. (f:ig/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Anggota MPR RI, Johan Rosihan, mendesak pemerintah untuk segera mendorong transformasi kebijakan yang komprehensif menuju kemandirian pangan jangka panjang.
Seruan ini disampaikannya sebagai respons atas memanasnya konflik geopolitik antara Iran dan Israel, yang juga melibatkan Amerika Serikat.
Menurut Johan, konflik tersebut menimbulkan ancaman serius terhadap stabilitas ketahanan pangan nasional.
Situasi ini, kata dia, membutuhkan respons cepat dan strategis dari pemerintah agar Indonesia tidak terjerumus dalam krisis pangan yang berkepanjangan.
"Perang yang terjadi di Timur Tengah kini menjelma menjadi krisis global yang turut mengancam stabilitas harga pangan di dalam negeri," ujar Johan di Jakarta, dilansir Kantor Berita Antara, Senin (23/6).
Dampak Geopolitik Terhadap Harga Minyak dan Distribusi Pangan
Johan menjelaskan bahwa konflik berkepanjangan di kawasan Timur Tengah dapat mendorong lonjakan harga minyak mentah dunia.
Ia mencontohkan bahwa harga minyak mentah global sebelumnya sempat menyentuh angka 93 dolar AS per barel.
Kenaikan harga minyak ini, lanjutnya, akan berdampak langsung pada sektor pangan nasional. Biaya distribusi pangan akan meningkat, logistik terganggu, dan ongkos usaha tani melonjak.
Ia mengatakan, petani Indonesia akan menanggung beban ganda—di satu sisi harus menghadapi biaya produksi yang tinggi, di sisi lain hasil produksinya terancam tidak kompetitif.
Kenaikan Harga Pangan dan Dampak Sosial
Johan menegaskan bahwa dampak dari kenaikan harga bahan pokok tidak hanya dirasakan dari sisi ekonomi.
Menurutnya, lonjakan harga akan langsung menurunkan daya beli masyarakat, meningkatkan angka kemiskinan, serta memperparah persoalan gizi dan kesehatan, terutama pada anak-anak.
Lebih lanjut, ia memperingatkan bahwa krisis pangan berpotensi memicu keresahan sosial, bahkan tindakan protes dan penjarahan oleh kelompok masyarakat rentan.
Indonesia, kata Johan, pernah menempati peringkat ketiga tertinggi dalam tingkat kelaparan di kawasan ASEAN pada tahun 2020. Ini mencerminkan kerentanan sistem pangan kita terhadap guncangan global.
Solusi: Transisi Energi dan Hilirisasi Pangan
Sebagai solusi jangka menengah dan panjang, Johan mendorong percepatan transisi energi di sektor pertanian. Menurutnya, penggunaan energi terbarukan dan efisiensi distribusi dapat memperkuat daya tahan sektor pangan nasional.
Ia juga menekankan pentingnya penguatan hilirisasi pangan lokal. Menurutnya, pengolahan produk pertanian menjadi barang bernilai tambah tinggi dapat meningkatkan pendapatan petani serta memperkuat ketahanan ekonomi desa.
"Ketahanan pangan bukan sekadar isu ekonomi atau pertanian, melainkan pilar fundamental dari stabilitas dan pertahanan nasional. Jika tidak diantisipasi, krisis pangan bisa memicu ketidakstabilan ekonomi, politik, dan sosial," tutur Johan mengakhiri. (*)
PREVIOUS ARTICLE
Jual Beli Empat Pulau di Anambas, KKP Beri KlarifikasiNEXT ARTICLE
Besok, 29 WNI yang Dievakuasi dari Iran Tiba