64 Warga Parbuluan VI Mengungsi ke Polres Dairi Usai Rumah Kades Dirusak Massa

Warga Desa Parbuluan VI menginap di Polres Dairi. (foto:candranadeak/mistar)
Dairi, MISTAR.ID
Dampak pengrusakan rumah Kepala Desa (Kades) Parbuluan VI, Kecamatan Parbuluan, Parasian Nadeak, membuat sebanyak 64 orang warga menginap di halaman Markas Polres Dairi.
Hal itu dibenarkan Kasi Humas Polres Dairi, Ipda Ringkon Manik, ketika dihubungi awak media di tengah kegiatan Fun Run HIPMI di Jalan Sisingamangaraja, Sidikalang, Minggu (9/11/2025).
“Ia, mereka menginap di Polres Dairi,” kata Ringkon singkat.
Terpisah, Parasian ketika ditemui Mistar di lingkungan Polres Dairi, Minggu (9/11/2025), mengaku sejak Sabtu (8/11/2025) malam hingga Minggu (9/11/2025) pagi, ia bersama warga sebanyak 64 jiwa menginap di halaman Polres Dairi menggunakan alas tikar.
Baca Juga: Desa Parbuluan VI Mencekam, Puluhan Warga Mengungsi ke Polres Dairi Minta Perlindungan Hukum
“Dari total 64 jiwa, terdapat 18 anak balita, 8 remaja, dan selebihnya orang dewasa, suami istri,” ujar Parasian.
Ia menambahkan, karena situasi di desa mencekam dan kurang kondusif, siang atau sore hari ini, ratusan warga Desa Parbuluan VI kemungkinan akan kembali mengungsi ke Polres Dairi.
“Peralatan dapur, selimut, dan tikar turut dibawa untuk menginap di Polres ini. Apa boleh buat, situasi kurang kondusif. Kami berharap Bupati Dairi bersama Forkopimda melihat kondisi ini. Tidak tahu harus memikirkan nasib kami seperti apa,” kata Parasian.
Sebelumnya, situasi di Desa Parbuluan VI dilaporkan mencekam setelah sekelompok massa diduga melakukan pengrusakan rumah Parasian, Sabtu (8/11/2025). Akibat kejadian tersebut, sekitar 30 kepala keluarga (KK) bersama puluhan anak-anak terpaksa mengungsi ke Polres Dairi untuk mencari perlindungan hukum.
Cristopel Naibaho, Joni Nadeak, Cahyono Nadeak, Candra Nadeak, dan marga Sagala yang ditemui di Polres Dairi pada Sabtu sore menyebutkan mereka tidak berani kembali ke desa, karena terus mendapat teror dan ancaman dari sejumlah warga.
“Kurang lebih 30 KK dan puluhan anak-anak terpaksa mengungsi ke Polres Dairi untuk mencari perlindungan hukum. Kami tidak berani lagi pulang ke desa karena banyak ancaman, terutama terhadap keluarga kades. Apakah hukum di negara ini sudah mati?” kata Joni dengan nada geram.

Puluhan warga Parbuluan VI menginap di Polres Dairi. (foto:candranadeak/mistar)
Candra menambahkan, mereka tiba di Polres Dairi sekitar pukul 11.00 WIB setelah rumah kades dirusak massa. Sementara itu, Cahyono menjelaskan kronologi awal kejadian.
Menurutnya, sekitar pukul 07.30 WIB, rumah kades dilempari oleh sejumlah warga. Keponakan Kades, Cristopel, sempat mendatangi lokasi dan bertanya kepada warga yang dicurigai.
“Nadohot do ho mangalempari jabu Kades on?” (Apakah kau ikut melempari rumah Kades ini?). Pertanyaan itu kemudian dianggap provokatif oleh massa dan diduga memicu aksi pengrusakan lanjutan.
Informasi yang diperoleh di Polres Dairi menyebutkan, Kapolres AKBP Otniel Siahaan tiba di lokasi sekitar pukul 16.00 WIB dan langsung memimpin rapat penanganan situasi tersebut.
Sementara itu, Parasian tengah dimintai keterangan oleh penyidik setelah resmi melaporkan peristiwa pengrusakan rumahnya. Upaya konfirmasi kepada Humas Polres Dairi, Ipda Ringkon, belum berhasil karena yang bersangkutan masih mengikuti rapat bersama pimpinan.
Keluarga kades, melalui Joni, meminta Kapolres Dairi bertindak tegas untuk menghindari bentrok antarwarga.
“Kami sudah dua bulan menahan diri supaya tidak terjadi bentrok. Tapi kalau hukum tidak ditegakkan, kami khawatir masyarakat bisa bertindak sendiri. Mohon Kapolres tegas menegakkan hukum,” ujar Joni.
Dari informasi yang berkembang, sejumlah warga yang diduga terlibat dalam pengrusakan rumah kades kini berada di Polsek Parbuluan untuk membuat laporan polisi.
Sebelumnya, rumah Parasian dirusak oleh massa pada Sabtu pagi. Peristiwa itu dibenarkan oleh anak kades, Romulo Nadeak.
“Ya, benar. Rumah orang tua saya dirusak massa. Saat kejadian, ibu saya, Ruslan Sagala (62), sedang berada di rumah bersama cucunya. Mereka nyaris menjadi korban penganiayaan,” ujar Romulo.
Dirinya berharap aparat kepolisian segera mengusut tuntas kasus tersebut dan menangkap para pelaku. Romulo juga mengaku mengenal sebagian dari massa yang terlibat, yang diduga merupakan kelompok penolak keberadaan PT Gunung Raya Utama Timber Industries (Gruti) di Desa Parbuluan VI. (hm16)



















