Monday, June 23, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Ancaman Penutupan Selat Hormuz: Dampak Riil terhadap Rupiah dan Ekonomi Indonesia

journalist-avatar-top
Senin, 23 Juni 2025 17.48
ancaman_penutupan_selat_hormuz_dampak_riil_terhadap_rupiah_dan_ekonomi_indonesia

Ilustrasi, Ancaman Penutupan Selat Hormuz: Dampak Riil terhadap Rupiah dan Ekonomi Indonesia. (f:ai/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah memuncak setelah Parlemen Iran menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz, sebagai respons atas serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.

Meski keputusan final berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, ancaman ini telah mengguncang pasar energi global dan memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi, termasuk di Indonesia.

Selat Hormuz: Jalur Vital Perdagangan Energi Dunia

Selat Hormuz bukan sekadar jalur laut sempit antara Oman dan Iran—ia merupakan arteri utama energi global. Sekitar 20–26% pasokan minyak dunia, atau sekitar 20 juta barel per hari, mengalir melalui selat ini.

Karena itu, setiap ancaman penutupan langsung mengganggu pasokan dan memicu gejolak harga minyak dunia.

Mengapa Penutupan Selat Hormuz Berdampak Besar?

- Sekitar 20–25 juta barel minyak per hari melintasi Selat Hormuz, hampir 20% dari konsumsi global.

- Ketegangan atau gangguan sekecil apa pun langsung berdampak pada lonjakan harga minyak.

- Harga Brent misalnya, dapat melonjak dari $69 ke $74 hanya dalam satu hari akibat kabar ancaman.

- Kenaikan harga minyak ini memicu tekanan inflasi global dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.

Dampak Langsung terhadap Rupiah dan Dolar AS

A. Kenaikan Harga Minyak: Tekanan Eksternal bagi Indonesia

Sebagai negara net-importir energi, Indonesia sangat sensitif terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Lonjakan harga minyak sebesar 10% (misalnya dari $70 ke $77 per barel) berpotensi:

- Meningkatkan defisit transaksi berjalan

- Melemahkan nilai tukar rupiah

- Meningkatkan permintaan dolar AS untuk impor energi

Skenario: Jika harga minyak melonjak ke $120–150 per barel akibat penutupan total Selat Hormuz, rupiah bisa terkoreksi 2–5% secara langsung.

B. Dolar Menguat sebagai Aset Safe-Haven

Ketika gejolak geopolitik meningkat, investor global cenderung berlindung pada aset aman seperti Dolar AS. Ini membuat:

- Indeks Dolar naik (tercatat +0,12%)

- Mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, mengalami tekanan jual.

C. Transmisi Ekonomi Global

Gejolak harga energi menaikkan ekspektasi inflasi global. Akibatnya, bank sentral dunia (The Fed, ECB, dan BI) terdorong:

- Menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi

- Mengurangi ruang stimulus fiskal/moneter.

Skenario Utama dan Implikasi

- Ancaman (Hanya Ancaman)

Lonjakan awal minyak, dolar menguat, rupiah ditekan ringan (1–2 %).

Tekanan cepat hilang bila ternyata penutupan tidak nyata.

- Penutupan Sementara atau Gangguan Terbatas

Harga minyak bisa melonjak menjadi $100–120 /barel; rupiah terkoreksi 3–5 % .

Tekanan inflasi tinggi, bank sentral merugikan ruang aksi.

- Penutupan Berkepanjangan

Harga >$150, koreksi >5 – 10 % untuk rupiah.

Eranya stagflasi: inflasi tinggi, pertumbuhan melambat → tekanan sosial dan ekonomi domestik.

Strategi Respons dan Mitigasi

Pemerintah & Bank Indonesia (BI):

- Cadangan Devisa: Perkuat buffer untuk intervensi pasar valuta asing.

- Subsidi & Energi Alternatif: Pertahankan subsidi energi sambil mempercepat transisi ke sumber dalam negeri seperti gas dan biodiesel (B30/B40).

- Kebijakan Suku Bunga: BI perlu siap menaikkan suku bunga jika inflasi melonjak, atau menahannya bila pertumbuhan melambat.

Korporasi dan Investor:

- Hedging Risiko: Gunakan instrumen lindung nilai (forward, opsi) terhadap volatilitas nilai tukar dan biaya impor energi.

- Diversifikasi Pasokan: Jajaki kontrak jangka panjang dari sumber non-Hormuz atau beralih ke energi alternatif.

Masyarakat Umum:

- Efisiensi Energi: Hemat BBM dan listrik, gunakan transportasi publik atau hemat energi.

- Investasi Cerdas: Diversifikasi portofolio ke sektor energi, komoditas, dan valuta asing.

Stabilitas Rupiah Bergantung pada Respons Cepat

Ancaman penutupan Selat Hormuz menimbulkan tekanan besar terhadap nilai tukar rupiah, terutama melalui lonjakan harga minyak dan penguatan dolar. Dampaknya bisa bersifat sementara atau berkepanjangan, tergantung pada eskalasi konflik dan durasi gangguan.

Untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional, kombinasi kebijakan adaptif—dari cadangan devisa, suku bunga, hingga strategi efisiensi masyarakat—menjadi sangat penting.

Artikel ini dikurasi dari berbagai sumber terpercaya dan dirangkum menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI). (*)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN