Wednesday, October 15, 2025
home_banner_first
NASIONAL

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia, Ini Daerah yang Terdampak

Mistar.idRabu, 15 Oktober 2025 19.46
RF
bmkg_ungkap_penyebab_cuaca_panas_ekstrem_di_indonesia_ini_daerah_yang_terdampak

Ilustrasi, BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia. (foto/bmkg/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa cuaca panas ekstrem dengan suhu maksimum mencapai 37,6°C yang melanda sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh kombinasi antara gerak semu matahari dan pengaruh Monsun Australia.

Kondisi suhu tinggi ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa penyebab utama meningkatnya suhu adalah posisi gerak semu matahari yang, pada Oktober, berada di selatan garis khatulistiwa. Di sisi lain, penguatan angin timuran dari Monsun Australia membawa massa udara kering dan hangat, yang menyebabkan pembentukan awan menjadi minim, sehingga radiasi matahari dapat langsung menyentuh permukaan bumi.

“Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens. Akibatnya, cuaca terasa jauh lebih panas di berbagai daerah,” ujar Guswanto di Jakarta, Rabu (15/10/2025), dikutip dari laman resmi BMKG.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa suhu maksimum di atas 35°C tercatat menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Wilayah yang paling terdampak meliputi sebagian besar Nusa Tenggara, Jawa bagian barat hingga timur, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta beberapa wilayah Papua.

Pada 12 Oktober 2025, suhu tertinggi tercatat sebesar 36,8°C di Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), dan Majalengka (Jawa Barat). Satu hari kemudian, suhu sedikit menurun menjadi 36,6°C di Sabu Barat (NTT). Namun, pada 14 Oktober 2025, suhu kembali meningkat, berkisar antara 34–37°C. Wilayah seperti Kalimantan, Papua, Jawa, NTB, dan NTT mencatat suhu maksimum 35–37°C, termasuk Majalengka dan Boven Digoel yang mencapai 37,6°C.

“Kondisi suhu tinggi yang konsisten ini menunjukkan cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi udara kering dan minimnya tutupan awan,” ucap Andri.

Meski cuaca panas dominan, BMKG memprakirakan potensi hujan lokal akibat aktivitas konvektif masih dapat terjadi pada sore hingga malam hari, terutama di sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan di tengah cuaca panas, seperti mencukupi asupan cairan, mengenakan pelindung dari sinar matahari, serta membatasi aktivitas di luar ruangan pada siang hari.

“Waspadai pula potensi perubahan cuaca mendadak seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari,” kata Guswanto.

BMKG juga mengingatkan agar masyarakat selalu memantau informasi cuaca terkini dan peringatan dini melalui situs resmi bmkg.go.id, media sosial resmi BMKG, atau aplikasi Info BMKG, guna mengantisipasi dampak cuaca terhadap aktivitas sehari-hari. (*/hm27)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN