Wednesday, August 20, 2025
home_banner_first
MEDAN

Menag Nasaruddin Umar: Indonesia Butuh Figur Bodhisattva, Teladani Siddharta Gautama

journalist-avatar-top
Rabu, 20 Agustus 2025 21.02
menag_nasaruddin_umar_indonesia_butuh_figur_bodhisattva_teladani_siddharta_gautama

Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar saat peletakan batu pertama pembangunan jembatan dan akses jalan menuju Desa Wihara Mahakaruna Buddhist Center, Deli Serdang. (foto:susan/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar, menyampaikan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan figur-figur Bodhisattva, yakni sosok yang cerah dan mencerahkan. Menurutnya, Bodhisattva adalah filsafat kehidupan yang mengajarkan pengorbanan demi kepentingan orang lain.

“Bodhi artinya pencerahan, sattva artinya jati diri manusia. Tidak mungkin kita bisa mencerahkan orang lain kalau kita sendiri tidak cerah,” kata Nasaruddin di Kota Medan, Rabu (20/8/2025).

Ia mencontohkan sosok Siddharta Gautama yang rela meninggalkan istana demi mencari pencerahan, tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang banyak. Ajaran Buddha, lanjutnya, bersifat universal dan selaras dengan nilai-nilai agama lain, termasuk Islam.

“Aturan, norma, dan nilai-nilai leluhur perlu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan dengan sesama makhluk. Motto agama Buddha adalah damai dengan alam,” ujarnya.

Nasaruddin juga menjelaskan konsep ekoteologi yang kini dikembangkan Kementerian Agama, yakni penggabungan hubungan manusia dengan Tuhan (teologi) dan kepedulian terhadap bumi (eko).

Ia menyinggung prinsip tat twam asi (“engkau adalah aku, aku adalah engkau”) yang sejalan dengan ajaran sedekah dalam Islam. “Kucing yang tidak pernah diberi makan, itu tat twam asi, engkau adalah aku. Jadi aku harus memberi makan. Rumput kering yang tidak disiram, itu juga sedekah dalam Islam,” ucap Menag.

Menurut Nasaruddin, nilai-nilai luhur Buddhisme patut dijadikan sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia. “Dalam Islam tidak ada masalah meniru sesuatu yang positif. Nilai-nilai universal ada di mana-mana, ambillah karena itu juga milik Islam yang tercecer,” katanya.

Ia pun berpesan agar umat tidak berhenti mengejar pencerahan meski jalan terasa berat. “Where there is a will, there is a way. Di mana ada kemauan, pasti ada jalan,” ucapnya.

Sebagai contoh, ia menyebut perjalanan Siddharta Gautama yang awalnya diragukan para biksu di hutan. “Dipandang enteng, bahkan diminta kembali ke istana. Tapi ternyata yang bertahan mencapai puncak pencerahan adalah Siddharta Gautama,” ucapnya. (susan/hm16)

REPORTER: