Friday, October 3, 2025
home_banner_first
KESEHATAN

IAKMI Sumut Menilai Dapur MBG dapat Penuhi Gizi Siswa dengan Syarat Berikut

Jumat, 3 Oktober 2025 18.15
iakmi_sumut_menilai_dapur_mbg_dapat_penuhi_gizi_siswa_dengan_syarat_berikut_

Ketua IAKMI Pengurus Daerah Sumatera Utara, Destanul Aulia, S.K.M. (foto: berry/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Pengurus Daerah Sumatera Utara (Sumut), Destanul Aulia, S.K.M., mengatakan dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) bisa memenuhi kebutuhan siswa-siswi sebagai generasi penerus bangsa.

“Syaratnya yaitu menu makanan harus benar-benar terstandar, variasi zat gizi dijaga, dan bahan pangan segar selalu tersedia,” ujarnya, Jumat (3/10/2025).

Destanul mengatakan, pendampingan gizi oleh tenaga kesehatan dan monitoring evaluasi yang berkelanjutan sangat penting. Menurutnya, kualitas makan bergizi bukan semata soal ada atau tidak ada makanan gratis.

“Namun bagaimana makanan itu benar-benar bergizi seimbang dan apabila dijalankan sesuai SOP, sebenarnya program MBG bisa menjadi salah satu investasi kesehatan terbaik untuk masa depan bangsa,” katanya.

Dirinya turut melihat jika berbicara dari sisi gizi, MBG sejatinya sudah punya kerangka yang cukup kuat. Dinas Kesehatan dan lintas sektor sudah menetapkan standar menu, pedoman perhitungan nilai gizi, bahkan sampai pada estimasi harga per menu.

Secara konsep, dikatakan Akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU itu, makanan yang diolah melalui dapur MBG memang ditujukan memenuhi kebutuhan energi, protein, vitamin, dan mineral anak sekolah sesuai standar Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Destanul melihat implementasi di lapangan sering menghadapi tantangan seperti, variasi menu masih belum konsisten di semua daerah dan kualitas bahan baku sangat tergantung pada rantai pasokan lokal.

“Ada sekolah yang sudah mampu menyediakan makanan seimbang dengan lauk hewani, nabati, sayur, dan buah, tetapi ada juga yang menunya masih cenderung karbohidrat dominan,” ucapnya.

Kualitas bahan baku, dikatakannya, pengawasannya kurang ketat, sehingga bisa muncul masalah mutu misalnya sayur layu, ikan tidak segar, atau penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak sesuai standar.

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN