Tuesday, September 9, 2025
home_banner_first
KESEHATAN

HWDI Sumut Latih Tenaga Kesehatan RS Adam Malik Berinteraksi Etis dengan Pasien Disabilitas

journalist-avatar-top
Selasa, 9 September 2025 17.08
hwdi_sumut_latih_tenaga_kesehatan_rs_adam_malik_berinteraksi_etis_dengan_pasien_disabilitas

HWDI Sumut Latih Tenaga Kesehatan RS Adam Malik Berinteraksi Etis dengan Pasien Disabilitas

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Kesalahan kecil dalam berbahasa ternyata dapat menimbulkan kebingungan bagi penyandang disabilitas ketika berobat ke rumah sakit. Karena itu, melalui Disability Perspective Interaction Training (DPIT), Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumut mengajak tenaga kesehatan di RS Adam Malik untuk belajar cara berinteraksi yang lebih etis.

“Seperti saya, saya kan nggak lihat nih, datang ke rumah sakit. Nanti pas mau mendaftar saja sudah lucu-lucu. ‘Kak, lihat sini’. Sini mana? Kan lucu-lucu,” kata Marilyn Lie, Wakil Ketua II HWDI Sumut bagian keorganisasian, Senin (8/9/2025).

Ia menambahkan, kegiatan ini juga diharapkan dapat membantu para tenaga kesehatan hingga tim pengamanan rumah sakit dalam menangani pasien penyandang disabilitas.

Marilyn menegaskan, inti pelatihan yang dilakukan bukan hanya soal fasilitas fisik, melainkan perubahan pola pikir tenaga kesehatan. “Kalau SDM-nya (sumber daya manusia) sudah bagus, 50 persen kesulitan disabilitas bisa diatasi. Jadi, yang utama itu SDM-nya dulu,” ujarnya.

Pendiri Yayasan Dwituna Harapan Baru itu berharap, dengan peningkatan kesadaran ini, stigma terhadap layanan rumah sakit pemerintah bisa berubah. Selama ini, masyarakat kerap beranggapan bahwa layanan RS pemerintah identik dengan sikap galak atau judes.

“Harapan kita, dengan adanya pelatihan ini mereka ikut ramah. Jadi stigma-nya juga berubah. Orang bisa bilang, ‘ke rumah sakit pemerintah enggak apa-apa kok, ramah juga’ begitu,” tutur Marilyn.

Lebih lanjut, Marilyn juga mendorong agar model pelatihan serupa tidak hanya berhenti di RS Adam Malik, tetapi juga merata di rumah sakit lain di Medan.

“Hari ini memang khusus frontliner, tapi ke depan sebaiknya sampai ke poli-poli juga. Kita juga berharap RS lain bisa ikut mengadakan interaksi beretika seperti ini,” ujarnya.

Menurutnya, efek pelatihan bisa menyebar luas jika dilakukan secara berkesinambungan. Ia mencontohkan praktik di salah satu perusahaan transportasi online, di mana pelatihan untuk frontliner direkam dalam bentuk video lalu dibagikan ke para pengemudi.

“Jadi akhirnya mereka bisa melayani pelanggan dengan baik, meskipun nggak secara langsung drivernya di training,” kata Marilyn.(Susan/hm17)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN