Saham Asia Rebound Usai Sinyal Dovish The Fed, Ketegangan Dagang Masih Jadi Ancaman

Ilustrasi, Saham Asia Rebound Usai Sinyal Dovish The Fed, Ketegangan Dagang Masih Jadi Ancaman. (foto:dokumen/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Bursa saham Asia mencatat rebound hati-hati pada Rabu (15/10/2025), dipicu komentar bernada dovish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan laporan keuangan positif dari sejumlah bank besar AS. Namun, pasar tetap dibayangi kekhawatiran atas eskalasi tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Jerome Powell memberikan sinyal kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut, serta mengisyaratkan bahwa fase panjang penyusutan neraca bank sentral AS bisa segera berakhir. Pernyataan tersebut memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut oleh The Fed, dengan pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 48 basis poin hingga akhir tahun.
“The Fed mungkin akan segera mengakhiri kebijakan pengetatan kuantitatif, kemungkinan besar akan diumumkan dalam pertemuan FOMC Oktober,” ujar Tom Kenny, Ekonom Internasional Senior di ANZ. “Kami memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober dan Desember.” Demikian dikutip dari Reuters.
Optimisme pasar juga diperkuat kinerja positif sektor perbankan AS serta revisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Meskipun begitu, pasar tetap diliputi ketidakpastian menyusul meningkatnya friksi dagang antara AS dan China.
Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,45%, sementara indeks Nikkei Jepang melonjak 0,8% setelah mencatat penurunan tajam 2,6% pada sesi sebelumnya. Sementara itu, Nasdaq dan S&P 500 berjangka tercatat naik tipis masing-masing sekitar 0,1%.
AS-China Panaskan Ketegangan Dagang
Sentimen pasar sempat terguncang setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan rencana pemutusan beberapa hubungan dagang dengan China, termasuk dalam sektor minyak goreng. Tak hanya itu, kedua negara juga mulai mengenakan tarif pelabuhan tambahan pada barang-barang ekspor seperti mainan dan minyak mentah.
Trump sebelumnya juga mengumumkan penerapan tambahan tarif sebesar 100% untuk berbagai barang impor dari China. Kebijakan tersebut dinilai sebagai balasan atas keputusan Beijing memperluas kontrol ekspor terhadap mineral tanah jarang.
“Ini menunjukkan bahwa gencatan senjata jangka panjang dalam perang dagang tidak mudah tercapai. Namun, kita juga perlu sadar bahwa sering kali kedua belah pihak mengambil langkah ekstrem lalu mundur perlahan,” jelas Tony Sycamore, Analis Pasar di IG.
Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menambahkan bahwa penerapan tarif 100% pada ekspor China bisa dimulai lebih cepat dari 1 November, tergantung pada sikap Beijing. Namun, ia mengakui bahwa mencari solusi kompromi akan menjadi tantangan tersendiri.
Baca Juga: AMD dan OpenAI Resmikan Kerja Sama Raksasa: GPU 6 Gigawatt, Saham 10%, dan Tantangan Dominasi Nvidia
Ketidakpastian Politik Global Masih Membayangi
Di Eropa, Perdana Menteri Prancis Sebastien Lecornu mengumumkan penundaan reformasi pensiun hingga setelah pemilu 2027, sebuah langkah yang disambut baik oleh pelaku pasar. Futures saham Eropa pun menguat di sesi Asia, dengan kontrak berjangka EUROSTOXX 50 naik 0,8%, sementara FTSE dan DAX futures masing-masing menguat sekitar 0,3%.
“Setiap langkah yang dapat meredakan tarik ulur politik di parlemen Prancis adalah kabar baik bagi investor,” tutur Juan Perez, Direktur Perdagangan di Monex USA.
Di pasar mata uang, dolar AS melemah karena ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Dolar turun 0,25% terhadap yen ke level 151,42 dan turun 0,06% terhadap franc Swiss ke 0,8009. Yen dan franc Swiss yang dianggap aset safe haven turut mendapat dorongan dari sentimen risiko yang rapuh.
Harga Emas Naik, Minyak Melemah
Sementara itu, harga emas spot melonjak 0,9% ke posisi tertinggi $4.179,80 per ounce, ditopang oleh ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi pelonggaran moneter lanjutan.
Sebaliknya, harga minyak dunia tergelincir. Brent crude turun 0,1% ke $62,33 per barel, sedangkan minyak mentah WTI AS melemah 0,07% ke $58,66 per barel. (*/hm27)