Pramugari Sudah Meninggal, Maskapai Taiwan Tetap Mendesak Minta Surat Cuti


Ilustrasi pesawat EVA Air. (foto: wikimedia commons/mistar)
Taichung, MISTAR.ID
Maskapai Eva Air menuai kecaman luas di Taiwan setelah ketahuan mengirim pesan teks kepada seorang pramugari yang telah meninggal dunia untuk meminta dokumen cuti. Peristiwa ini bermula dari meninggalnya Sun, 34 tahun, seorang pramugari maskapai Eva Air, pada 8 Oktober 2025.
Ia sebelumnya jatuh sakit saat bertugas dalam penerbangan dari Milan menuju Taoyuan, Taiwan pada 24 September dan dirawat di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia di China Medical University Hospital, Taichung.
Namun, beberapa hari setelah kematiannya, tepat di hari pemakamannya, pihak maskapai mengirim pesan ke ponsel Sun. Dalam pesan tersebut, Eva Air meminta bukti pengajuan cuti dan bahkan menegaskan agar dokumen tersebut “dikirim secepatnya,” sebagaimana dilaporkan Formosa News.
Keluarga Sun yang sedang berduka terkejut dan bingung menerima pesan tersebut. Mereka kemudian membalas pesan itu dengan mengirimkan salinan sertifikat kematian Sun dalam bentuk PDF berjudul "Death Certificate" disertai respons sarkastik, “Saya sudah kirim dokumennya secepat yang diminta. Sekarang tidak ada yang perlu diburu-buru lagi.”
Eva Air minta maaf
Setelah pesan itu menjadi viral dan menuai kemarahan di media sosial Taiwan, Eva Air mengeluarkan permintaan maaf publik.
Dalam pernyataannya, pada Selasa (21/10/2025), perusahaan mengaku “sangat berduka” atas kematian karyawannya dan menegaskan bahwa kesehatan serta keselamatan karyawan dan penumpang adalah prioritas utama.
“Kami telah menjalin kontak dengan keluarga Sun saat dia masih dirawat di rumah sakit dan sangat berduka atas kepergiannya,” kata pihak Eva Air dalam konferensi pers.
Presiden Eva Air, Sun Chia-Ming, juga menyampaikan belasungkawa secara pribadi kepada keluarga korban.
“Kepergian Sun adalah luka yang akan selamanya tertinggal di hati kami. Kami akan menjalankan penyelidikan dengan sikap paling bertanggung jawab,” ujarnya.
Manajemen menyebut pengiriman pesan teks itu merupakan “kesalahan dari seorang karyawan internal”, dan menegaskan bahwa mereka telah meminta maaf secara langsung kepada keluarga Sun.
Dugaan budaya kerja berlebihan
Kasus ini tidak hanya menyoroti tindakan tidak sensitif dari pihak maskapai, tetapi juga membuka kembali perdebatan tentang tekanan kerja di industri penerbangan Taiwan.
Beberapa pengguna media sosial yang mengaku rekan kerja Sun menuduh bahwa almarhumah didorong untuk tetap bekerja meski merasa tidak sehat.
Data yang dilaporkan oleh CNA menunjukkan bahwa dalam enam bulan terakhir, Sun rata-rata terbang 75 jam per bulan, masih dalam batas regulasi, namun publik menilai tekanan kerja di lapangan bisa jauh lebih berat.
Selain itu, catatan resmi menunjukkan bahwa Eva Air telah tujuh kali didenda sejak 2013, sebagian besar karena pelanggaran terkait jam kerja berlebihan bagi staf.
BERITA TERPOPULER









