Pakistan Dilanda Banjir Terburuk, Ribuan Hektar Lahan Pertanian Rusak dan Ekonomi Terancam

Seorang pria merawat kawanan kerbau di sepanjang jalan yang banjir, setelah hujan monsun dan naiknya permukaan air Sungai Chenab, di distrik Sialkot, provinsi Punjab, Pakistan, (27/8/2025). (foto:reuters/akhtarsoomro/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Dataran pinggiran Punjab, Pakistan, kini porak-poranda akibat banjir terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Bencana ini tidak hanya menghancurkan rumah dan memutus akses warga, tetapi juga menghancurkan lahan pertanian, merusak tanaman, serta menyebabkan ribuan ternak yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat.
Muhammad Amjad (45), petani beras dan kentang di Chiniot, menggambarkan keputusasaannya.
"Tiga belas belas dari 15 hektar saya hilang. Seri kami benar-benar hancur. Perempuan dan anak-anak sudah dievakuasi, sementara kami hanya menjaga apa yang tersisa," katanya.
Dampak Banjir: Jutaan Orang Terdampak
Otoritas Manajemen Bencana Punjab melaporkan lebih dari dua juta orang terkena dampak langsung banjir. Tercatat lebih dari 2.000 desa tergenang udara , sementara 760.000 warga dan 516.000 hewan ternak telah dievakuasi. Setidaknya 33 orang meninggal dunia dalam waktu kurang dari seminggu.
Banyak keluarga kehilangan sumber penghasilan. Amish Sultan (50), seorang peternak, mengaku pasrah.
"Saya punya 10 kerbau. Sekarang semuanya lemah dan tidak menghasilkan susu. Dulu saya bisa mendapat 100.000–150.000 rupee per bulan, tapi stabilitas itu hilang." Demikian dikutip dari Reuters, Senin (1/9/2025).
Sementara itu, pekerja tani Mehdi Hassan (40) menambahkan, "Rumah saya hancur total. Kami kini tinggal di pinggir jalan. Bendungan darurat yang kami buat tidak bisa menahan arus udara."

Keterangan gambar: Warga duduk di luar tenda darurat di samping ladang banjir, setelah hujan lebat dan naiknya permukaan air Sungai Chenab, di desa Patraki, distrik Chiniot, provinsi Punjab, Pakistan, pada 30 Agustus 2025. (foto:reuters/akhtarsoomro/mistar)
Ancaman terhadap Ekonomi dan Inflasi
Banjir ini berpotensi mengguncang sektor ekonomi Pakistan yang sudah rapuh. Lahan pertanian utama untuk beras, tebu, jagung, sayuran, dan kapas di Punjab kini terendam. Padahal, tahun ini Pakistan diprediksi mendapat panen padi besar.
Namun, menurut Ibrahim Shafiq , manajer ekspor di Latif Rice Mills, harga gabah yang semula diperkirakan 3.200–3.600 rupee per 40 kg berpotensi melonjak menjadi 5.000–5.500 rupee akibat kerusakan panen. Kondisi ini akan menaikkan harga beras lokal sekaligus mencakup daya saing Pakistan dibandingkan India di pasar internasional.
Sementara itu, hilangnya kapas bisa melumpuhkan industri tekstil, yang selama ini mencakup lebih dari separuh ekspor Pakistan. Dengan tambahan tekanan berupa tarif 19% dari Amerika Serikat , prospek ekspor Pakistan semakin suram.
Analis melemah, inflasi pangan sempat mereda kini berisiko melonjak kembali. Penundaan masa tanam gandum, berkurangnya ekspor beras, serta kebutuhan impor kapas akan menambah tekanan pada anggaran rumah tangga.
Kehidupan Pengungsi di Kamp Darurat
Di Lahore, pengemudi becak Aslam (38) menceritakan bagaimana banjir datang tiba-tiba.
"Air masuk dalam beberapa jam. Jika saya tidak menyelamatkan becak saya, kami kehilangan segalanya. Sekarang kami tinggal di tenda bantuan."
Di sepanjang Sungai Ravi, ratusan keluarga kini tinggal di tenda darurat dengan kondisi memprihatinkan. Yayasan Al Khidmat mencatat terdapat sekitar 150–200 kamp yang menampung ribuan pengungsi, dengan setiap tenda menampung 5–8 orang.
Pemerintah Punjab telah membangun 511 kamp bantuan , 351 pos medis , serta 321 fasilitas dokter hewan . Lebih dari 481.000 orang dan 405.000 hewan sudah dievakuasi. Lebih dari 15.000 aparat polisi dikerahkan untuk membantu penanganan banjir yang masih berlanjut akibat hujan monsun.
Ancaman Krisis Pangan Nasional
Aktivis dan petani Aamer Hayat Bhandara menekankan pentingnya dukungan terhadap petani agar bangsa tidak terjerumus ke dalam krisis pangan.
“Petani menanam makanan yang menopang kita semua. Jika mereka ditinggalkan sendirian di saat bencana, seluruh bangsa akan menderita,” tegasnya.
Kerugian akibat banjir diperkirakan mencapai miliaran rupee , dengan pemulihan yang memakan waktu lama. Pakistan kini menghadapi ancaman berlapis: kerusakan infrastruktur, melonjaknya harga pangan, serta guncangan besar terhadap stabilitas perekonomian nasional. (*)