Monday, September 29, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Kerap Dilanda Perang, Haiti Minta Bantuan Dunia melalui Pidato di PBB

Senin, 29 September 2025 11.27
kerap_dilanda_perang_haiti_minta_bantuan_dunia_melalui_pidato_di_pbb

Warga Haiti mengungsi dari Poste Marchands di Ibu Kota Port au Prince pada Senin (9/12/2024) setelah geng mengambil alih kendali wilayah. (foto: afp clarens/mistar)

news_banner

New York, MISTAR.ID

Pemimpin Dewan Transisi Haiti, Laurent Saint-Cyr, meminta bantuan dunia dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kamis (25/9/2025). Ia menggambarkan kondisi negaranya yang dilanda kekerasan sebagai negara yang sedang berperang, dan menyerukan dukungan segera dari komunitas internasional.

“Setiap hari, nyawa tak berdosa direnggut oleh peluru, api, dan ketakutan. Seluruh lingkungan lenyap, memaksa lebih dari satu juta orang mengungsi, sekaligus melenyapkan kenangan, investasi, dan infrastruktur,” kata Saint-Cyr, dikutip dari kantor berita AFP, Senin (29/9/2025).

Ia menambahkan ribuan anak muda Haiti hidup dalam keputusasaan, sedangkan ratusan perempuan dan anak perempuan menjadi korban kekerasan seksual.

“Luka fisik dan psikologis akibat pemerkosaan akan membekas seumur hidup mereka,” tuturnya.

Dalam pidato yang disampaikan dalam bahasa Perancis, Saint-Cyr turut menyoroti kondisi layanan kesehatan di negaranya yang kian memburuk. Rumah sakit dirusak bahkan dibakar, sedangkan para tenaga medis terpaksa meninggalkan fasilitas karena tak lagi aman.

“Inilah wajah Haiti saat ini, sebuah negara yang sedang berperang. Guernica masa kini. Sebuah tragedi kemanusiaan di ambang pintu Amerika, hanya empat jam penerbangan dari sini,” ujarnya.

Kelompok kriminal kuasai ibu kota

Haiti, negara termiskin di Benua Amerika, sejak lama dilanda kekerasan bersenjata yang dilakukan geng-geng kriminal. Pembunuhan, pemerkosaan, penjarahan, dan penculikan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, di tengah ketidakstabilan politik yang berkepanjangan.

Situasi semakin memburuk pada awal 2024. Saat itu, tekanan dari kelompok bersenjata memaksa Perdana Menteri Ariel Henry mengundurkan diri.Saint-Cyr menjelaskan hampir seluruh wilayah Ibu Kota Port-au-Prince saat ini berada di bawah kendali geng. Kelompok-kelompok tersebut terus memperluas pengaruh mereka dan bahkan menguasai sebagian sektor ekonomi negara.

“Haiti berada di episentrum ancaman regional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jaringan kriminal yang kuat dan bersenjata lengkap berupaya mengacaukan negara dan mendominasi perekonomian di seluruh ruang bersama kita,” ucapnya.

Untuk merespons krisis ini, Dewan Keamanan PBB pada 2023 menyetujui pembentukan Misi Keamanan Multinasional yang dipimpin oleh Kenya. Misi ini diharapkan mampu membantu mengatasi dominasi geng di Haiti.

Namun, implementasinya di lapangan masih jauh dari harapan. Dari 2.500 personel yang direncanakan, baru sekitar 1.000 petugas keamanan yang dikerahkan.Keterbatasan perlengkapan dan dana membuat efektivitas misi ini belum maksimal.

Sebagai bentuk dukungan, Amerika Serikat mendorong penguatan pasukan tersebut menjadi lebih dari 5.500 personel, yang terdiri dari unsur kepolisian dan militer.

Laurent Saint-Cyr menyatakan dukungan penuh terhadap rencana itu. Ia menegaskan, tanpa bantuan nyata dari komunitas internasional, krisis di Haiti berisiko meluas ke kawasan sekitarnya. (*/hm18)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN