Gugatan Gaji Elon Musk $56 Miliar Memasuki Babak Akhir, Tesla Ajukan Banding di Delaware

Elon Musk. (foto:blommberg/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Salah satu gugatan kompensasi terbesar dalam sejarah korporasi Amerika memasuki tahap akhir, saat Tesla mengajukan banding atas pembatalan paket pembayaran senilai US$56 miliar untuk CEO Elon Musk ke Mahkamah Agung Delaware, Rabu (15/10/2025).
Langkah tersebut menindaklanjuti keputusan Pengadilan Chancery Delaware pada Januari 2024 yang menyatakan bahwa paket kompensasi Musk yang disetujui pada 2018 tidak sah karena proses persetujuannya dinilai cacat. Kini, Tesla berharap suara pemegang saham tahun lalu dapat membatalkan putusan tersebut.
“Ini adalah pemungutan suara pemegang saham yang paling diinformasikan dalam sejarah Delaware,” kata Jeffrey Wall, pengacara Tesla, di hadapan lima hakim Mahkamah Agung negara bagian. “Jika dikukuhkan, maka kasus ini seharusnya selesai.” Demikian dikutip dari Reuters, Kamis (16/10/2025).
Implikasi Besar untuk Dunia Korporasi
Keputusan itu bisa berdampak besar tidak hanya pada Tesla dan Musk, tapi juga pada reputasi Delaware sebagai pusat hukum perusahaan terkemuka di AS. Pengadilan Chancery, yang dulunya disukai untuk menyelesaikan sengketa bisnis, kini mendapat kritik karena dinilai tidak ramah terhadap pemilik bisnis besar.
Hakim Kathaleen McCormick, yang membatalkan kompensasi Musk awal tahun ini, menyebut bahwa dewan Tesla tidak independen saat menyetujui paket tersebut. Ia juga menilai para pemegang saham tidak memiliki akses informasi yang memadai ketika memberikan persetujuan. Oleh karena itu, McCormick menyimpulkan bahwa pembayaran tersebut tidak adil bagi investor.
Tiga Jalur Banding Tesla
Tesla kini menawarkan tiga jalur hukum agar Mahkamah Agung Delaware membatalkan keputusan tersebut:
Elon Musk tidak mengendalikan negosiasi pada 2018 meski memiliki 21,9% saham Tesla.
Pemegang saham mendapat informasi cukup saat menyetujui paket gaji tersebut.
Pemungutan suara ratifikasi tahun 2024 menunjukkan dukungan sah dari pemegang saham terhadap kompensasi Musk, terlepas dari cacat proses sebelumnya.
“Pemegang saham pada 2024 tahu persis apa yang mereka pilih,” tegas Wall.
Namun, pengacara penggugat Richard Tornetta, investor kecil yang memulai gugatan pada 2018, mengatakan bahwa menerima ratifikasi baru bisa membuka celah hukum untuk mengubah hasil setelah proses pengadilan berjalan.
“Jika itu diperbolehkan, maka gugatan hukum akan tak berkesudahan,” kata pengacara Tornetta, Greg Varallo, di hadapan hakim. Ia menekankan bahwa keputusan pengadilan sebelumnya telah melalui analisis fakta yang hati-hati dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Baca Juga: Daftar 10 Orang Terkaya Dunia Forbes 2025: Elon Musk Puncaki, Larry Ellison Geser Bill Gates
Efek Domino dan "Dexit"
Putusan ini telah memicu perpindahan sejumlah perusahaan besar dari Delaware ke negara bagian lain seperti Texas dan Nevada, dalam fenomena yang disebut “Dexit.” Perusahaan-perusahaan tersebut, termasuk Tesla, Dropbox, dan Andreessen Horowitz, menganggap pengadilan di luar Delaware lebih ramah terhadap direksi perusahaan.
Delaware merespons dengan merombak hukum perusahaannya untuk mempertahankan status sebagai pusat hukum korporat AS.
Rencana Kompensasi Baru dan Nilai Saham Elon Musk
Meskipun Musk berpotensi kehilangan gaji tahun 2018, Tesla telah menyiapkan rencana kompensasi pengganti yang disepakati pada Agustus, dengan nilai akuntansi mencapai US$25 miliar.
Bahkan, dewan Tesla bulan lalu mengusulkan paket kompensasi baru senilai US$1 triliun, sebagai bentuk kepercayaan terhadap visi Musk dalam membawa Tesla menuju era robotika dan mobil otonom, meski perusahaan tengah menghadapi tantangan di pasar kendaraan listrik global, terutama dari pesaing asal Tiongkok.
Pada 2018, nilai estimasi awal paket kompensasi Musk adalah US$56 miliar, namun seiring meningkatnya harga saham Tesla, kini nilainya diperkirakan telah melonjak mendekati US$120 miliar, menjadikannya paket gaji eksekutif terbesar dalam sejarah korporasi dunia.
Saat ini, Elon Musk tercatat sebagai orang terkaya di dunia dengan kekayaan sekitar US$480 miliar, menurut Forbes.
Putusan Mahkamah Agung Delaware diperkirakan akan diumumkan dalam beberapa bulan mendatang. (*/hm27)
PREVIOUS ARTICLE
Tarif Impor AS Tertinggi Sejak 1930, Ekonomi Dunia Berguncang