Antusiasme Pemilih Muda Nepal Meningkat Jelang Pemilu Usai Kerusuhan Besar

Para pemuda mendaftarkan diri untuk pemilihan umum legislatif Nepal mendatang di Kathmandu pada 13 Oktober 2025. (Foto: AFP/Prakash Mathema)
Kathmandu, MISTAR.ID
Antusiasme generasi muda Nepal meningkat tajam menjelang pemilu pertama sejak kerusuhan besar menggulingkan pemerintahan bulan lalu. Di ibu kota Kathmandu, ratusan calon pemilih muda tampak mengantre untuk mendaftar sebagai pemilih baru.
Bagi banyak dari mereka, pemilu mendatang akan menjadi pengalaman pertama menggunakan hak pilih di tengah sejarah politik Nepal yang baru saja diguncang protes anti-korupsi paling mematikan dalam beberapa dekade.
Setidaknya 73 orang tewas dalam kerusuhan pada 8-9 September lalu, ketika massa membakar gedung parlemen, pengadilan, dan kantor pemerintahan. Aksi itu dipicu oleh larangan sementara media sosial dan meluas akibat kemarahan publik terhadap korupsi serta kesulitan ekonomi.
Beberapa hari setelah pemerintahan tumbang, mantan Ketua Mahkamah Agung Sushila Karki, 73 tahun, ditunjuk sebagai perdana menteri sementara untuk memimpin Nepal hingga pemilu pada 5 Maret 2026.
“Pilar pemerintahan baru ini dibangun di atas mayat-mayat mahasiswa. Itulah sebabnya kami ingin menyingkirkan wajah-wajah lama yang terlalu lama berkuasa,” kata Niranjan Bhandari, 21 tahun, mahasiswa yang sedang menunggu giliran memberikan data biometrik untuk pendaftaran pemilih kepada AFP.
Pemerintahan sementara kini menghadapi tantangan besar untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap partai-partai lama yang dinilai gagal membawa perubahan. Belum jelas apakah generasi muda akan membentuk partai baru atau memberi kesempatan kepada elite lama.
Pemerintah juga telah memberlakukan larangan bepergian bagi KP Sharma Oli, politikus berhaluan Marxis berusia 73 tahun yang pernah empat kali menjabat perdana menteri. Oli tengah diselidiki atas dugaan keterlibatan dalam kerusuhan, meski tetap vokal menyerukan pemulihan parlemen yang dibubarkan secara inkonstitusional.
Kerusuhan tersebut memperburuk kondisi ekonomi Nepal yang sudah rapuh. Bank Dunia mencatat 82 persen tenaga kerja Nepal masih berada di sektor informal, sementara produk domestik bruto (PDB) per kapita hanya 1.447 dollar AS atau sekitar Rp24 juta pada 2024. Proyeksi pertumbuhan ekonomi juga diturunkan menjadi 2,1 persen akibat ketidakpastian politik dan ekonomi pascakerusuhan.
Di kantor Komisi Pemilihan Umum distrik Kathmandu, suasana optimisme tampak di antara para pendaftar muda. “Saya sangat gembira, ini pertama kalinya saya ikut pemilu,” ujar Sambriddhi Gautam, 20 tahun, mahasiswa akuntansi publik yang kembali dari India untuk mendaftar.
Sementara itu, Samiksha Adhikari, 32 tahun, konsultan bisnis, mengatakan kehadirannya didorong oleh keinginan untuk melihat perubahan nyata. “Kita perlu menghadirkan wajah-wajah baru yang dapat menghentikan korupsi dan menjadikan negara ini lebih baik,” ujarnya.
Komisi Pemilihan Umum mencatat lonjakan signifikan pendaftaran pemilih muda tahun ini. “Rata-rata sekitar 400 orang mendaftar setiap hari, empat kali lebih tinggi dibanding pemilu sebelumnya,” kata Sirjana Rayamajhi, 38 tahun, juru bicara kantor pemilihan distrik di Kathmandu.
“Generasi Z datang ke sini dengan semangat tinggi. Mereka menginginkan generasi baru yang membawa perubahan bagi negara. Saat ini, antreannya hampir seluruhnya diisi oleh mereka,” tuturnya. (hm25)
PREVIOUS ARTICLE
35.000 Paket Bantuan dari Baznas RI Akhirnya Tiba di Gaza