Warga Sidamanik, Dolok Pardamean dan Panei Tolak Konversi Teh Jadi Sawit

Warga saat aksi Long March tolak konversi teh ke sawit di Sidamanik. (Foto: Indra/Mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Masyarakat dari Kecamatan Sidamanik, Dolok Pardamean, dan Panei menggelar aksi long march untuk menolak rencana konversi kebun teh menjadi kelapa sawit di kebun PTPN IV Sidamanik, Minggu (7/9/2025) siang.
Aksi dimulai dari Lapangan Sarimatondang, diikuti berbagai aliansi dan perkumpulan masyarakat. Massa berjalan kaki menyusuri jalanan di Sidamanik sembari menyerukan penolakan terhadap kebijakan yang dinilai merugikan masyarakat dan lingkungan.
Sandy Penasdo Simbolon, pimpinan aksi, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk penyadaran publik.
"Banyak masyarakat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dan ekosistem. Kami bersatu untuk mempertahankan tanah ini, agar kebijakan yang merugikan tidak dibiarkan," ujarnya.
Ia menambahkan, aksi ini baru tahap awal. "Kami akan menyurati pemerintah. Jika suara kami tidak didengar, tidak menutup kemungkinan aksi massa yang lebih besar akan digelar," katanya.
Koordinator aksi, Julius Sitanggang, menyebut bahwa konversi teh ke sawit terindikasi melanggar prosedur. "Kami menduga hal ini ilegal. PTPN tidak transparan dalam prosesnya," ujarnya.
Hal senada disampaikan Agus BM Butar-butar, pembina DPD Jaman Sumut, yang menilai kebijakan ini mengancam ketahanan pangan.
"Tanah ini semestinya mendukung kebutuhan rakyat, bukan sekadar kepentingan industri. Pemerintah harus berpihak pada rakyat," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Solidaritas Tungkat Nagori Seluruh Indonesia Berdaulat (SATUNASIB), Donal Haromunthe, menyoroti dampak ekologis.
"Dari kajian kami, perubahan ini akan menimbulkan kerusakan ekosistem. Perjuangan ini bukan hanya untuk hari ini, melainkan untuk generasi mendatang," ucapnya.
Tokoh masyarakat Sidamanik, Manik Maraja Sarudi Silalahi, menyebut bahwa dampaknya sudah terasa. "Konversi teh akan membuat banjir lebih sering dan mengurangi debit air. Bahkan wisata pemandian bisa kekurangan air, masyarakat pun yang rugi," katanya.
Keluhan juga datang dari warga Dolok Pardamean. Hotmeri Damanik, seorang ibu rumah tangga, mengaku kesulitan mendapatkan air bersih.
"Sejak kebun teh di sekitar kami diganti sawit, air minum jadi sulit. Karena itu kami menolak konversi teh ke sawit," katanya.
Aksi ini menjadi penanda perlawanan masyarakat Sidamanik terhadap kebijakan yang dianggap merugikan ekosistem dan keberlangsungan hidup mereka. Warga menegaskan akan terus bersatu memperjuangkan lingkungan demi masa depan generasi berikutnya. (indra/hm20)