Viral! Video Pembacaan "Surat Pengunduran Diri" Bupati Pati, Ternyata Begini Faktanya

Tangkapan layar Video pembacaan "Surat Pengunduran Diri" Bupati Pati yang Viral di media sosial. (foto:ferry/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Sebuah video yang menampilkan pembacaan surat pengunduran diri Bupati Pati, Haryanto Sudewo, viral di media sosial setelah aksi demonstrasi besar-besaran di depan Kantor Bupati Pati, Rabu (13/8/2025).
Dalam video tersebut, seorang pria mengenakan peci hitam, kemeja putih lengan panjang, dan sarung ungu, membacakan pernyataan yang mengatasnamakan Sudewo.
Ia menyampaikan bahwa Sudewo mengundurkan diri sejak 13 Agustus 2025 karena dianggap gagal memimpin dan tidak menjunjung tinggi supremasi hukum.
“Saya yang bertanda tangan di bawah ini, terhitung sejak tanggal 13 Agustus 2025, mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai Bupati Pati,” ujar pria tersebut di hadapan massa.
Namun, hasil penelusuran wartawan mengungkap bahwa dokumen itu bukan surat resmi. Surat tersebut disusun kelompok pendemo dan ditujukan untuk menekan Sudewo agar benar-benar mengundurkan diri dari jabatannya.
Hingga saat ini, DPRD Kabupaten Pati belum memberikan pernyataan resmi terkait status Bupati. Rapat paripurna masih berlangsung untuk membahas situasi politik yang terus memanas.
Kronologi Krisis Politik di Kabupaten Pati
1. Kenaikan Pajak dan Sikap Arogan Pemimpin
Kemarahan publik bermula dari kebijakan Bupati Sudewo pada 18 Mei 2025 yang menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) hingga 250%. Kebijakan itu dibuat setelah berkoordinasi dengan Paguyuban Solidaritas Kepala Desa (Pasopati).
Langkah ini dinilai sangat membebani masyarakat, mengingat selama 14 tahun terakhir Pati tidak pernah menaikkan pajak.
Kritik semakin memuncak setelah pernyataan Sudewo pada 6 Agustus 2025:
“Bukan hanya 5.000, 50.000 orang pun saya hadapi!”
Ucapan tersebut dianggap arogan dan memicu gelombang solidaritas warga untuk menggelar aksi protes skala besar.
2. Pembatalan Pajak Tak Redam Aksi
Pada 11 Agustus, Sudewo membatalkan kebijakan kenaikan PBB dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Namun, langkah itu dianggap terlambat. Tuntutan massa berubah: dari pembatalan pajak menjadi desakan agar Sudewo mundur dari jabatannya secara kesatria atau dipaksa lengser.
Puncak Aksi: Massa Besar, Ketegangan, dan Pengamanan Ketat
Skala Aksi Massa
Lebih dari 50.000 orang memadati Alun-alun Pati sejak pagi. Aksi ini didukung oleh logistik yang kuat, termasuk 8.000 dus air mineral dan kendaraan makanan keliling yang disumbangkan masyarakat lintas daerah.
Insiden dan Respons Aparat
Saat Bupati Sudewo mencoba mendekati massa menggunakan kendaraan taktis polisi, ia disambut lemparan sandal dan botol air mineral. Ketegangan memuncak hingga aparat terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang mulai melempari area Pendopo Kabupaten.
Tagar #RevolusiDariPati dan Pesan Politik
Media sosial diramaikan oleh tagar #RevolusiDariPati, dengan poster-poster bertuliskan:
“Sampai Pemerintah Jatuh!”
Ungkapan tersebut menggambarkan tingkat kemarahan warga yang telah mencapai titik politis dan terorganisir.
Pengamanan Diperketat
Sebanyak 2.684 personel gabungan TNI-Polri dikerahkan dari berbagai wilayah, seperti Semarang, Demak, Kudus, dan Jepara. Posko pengamanan didirikan di sekitar Kantor Bupati untuk mencegah kerusuhan dan kerusakan fasilitas publik. (berbagaisumber/*)