Friday, October 24, 2025
home_banner_first
HUKUM & PERISTIWA

Konsolidasi BEM Nusantara di Asahan Ricuh, Alumni Kecam Aksi Pembubaran oleh Mahasiswa

Mistar.idJumat, 24 Oktober 2025 20.40
journalist-avatar-top
PR
konsolidasi_bem_nusantara_di_asahan_ricuh_alumni_kecam_aksi_pembubaran_oleh_mahasiswa

Bupati Taufik saat ikut menenangkan aksi mahasiswa yang menolak kegiatan BEM Nusantara di Asahan. (Foto: Perdana/Mistar)

news_banner

Asahan, MISTAR.ID

Kegiatan Konsolidasi Badan Eksekutif Mahasiswa Nusantara (BEM Nus) di Rumah Dinas Bupati Asahan, Jumat (24/10/2025), mendadak ricuh setelah sekelompok mahasiswa datang melakukan aksi penolakan dan membubarkan acara secara paksa.

Padahal, kegiatan yang dihadiri Bupati Asahan, Dandim 0208, dan sejumlah unsur Forkopimda tersebut awalnya berlangsung khidmat. Aksi pembubaran itu pun menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk para alumni BEM Nus sendiri.

Salah satu alumni BEM Nusantara, Dian Marwa, bersama mantan ketua BEM seperti Perdana Ramadhan, Arif Rifky Sirait, Nur Akhmad Fauzi, dan Khairul Sukri, menyayangkan tindakan kelompok mahasiswa tersebut yang dinilai tidak beretika dan mencoreng semangat intelektual di kalangan mahasiswa.

Menurut mereka, tindakan membubarkan kegiatan resmi organisasi mahasiswa nasional seperti BEM Nus adalah bentuk sikap yang tidak mencerminkan nilai-nilai akademik dan dialogis yang seharusnya dijunjung tinggi oleh kaum terpelajar.

Dian Marwa, yang pernah menjabat sebagai Koordinator BEM Nus Sumatera Utara sekaligus Korda BEM Nus Asahan periode 2006–2008, menjelaskan bahwa kegiatan konsolidasi tersebut merupakan program resmi organisasi. BEM Nus merupakan wadah besar yang menaungi berbagai BEM dari seluruh Indonesia untuk memperkuat koordinasi dan membahas isu-isu kebangsaan.

“Konsolidasi BEM Nus ini adalah kegiatan resmi yang digagas oleh BEM-BEM yang tergabung dalam aliansi BEM Nusantara. Kegiatan ini bagian dari program kerja organisasi, dan Asahan kali ini menjadi tuan rumah,” ungkap Dian.

Ia menegaskan bahwa tidak semua BEM di Indonesia tergabung dalam BEM Nus, karena ada pula aliansi lain seperti BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) yang memiliki jaringan tersendiri. Oleh karena itu, ia menilai tidak pantas jika ada kelompok mahasiswa yang mengatasnamakan BEM namun tidak tergabung dalam BEM Nus justru datang untuk mengganggu kegiatan tersebut.

“Seharusnya kalau ada perbedaan pandangan atau kritik terhadap pelaksanaan kegiatan, disampaikan melalui ruang diskusi dan adu gagasan, bukan dengan cara memancing keributan dan mengintervensi acara,” tambahnya.

Para alumni menilai, tindakan pembubaran itu tidak hanya mencoreng nama baik mahasiswa Asahan, tetapi juga memperburuk citra organisasi mahasiswa di mata publik. Mereka menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai intelektual dan adab dalam menyampaikan aspirasi.

“Mahasiswa dikenal sebagai agen perubahan dan penjaga nilai-nilai intelektual. Kalau ada perbedaan pandangan, mari kita selesaikan secara akademis. Tidak beralasan jika kemudian mengganggu kegiatan organisasi lain hanya karena merasa tidak sepaham,” ujar salah satu alumni.

Sebelum kegiatan digelar, panitia disebut sudah berkoordinasi dengan beberapa mahasiswa yang menolak acara tersebut. Panitia juga menjelaskan bahwa kegiatan bersifat terbuka dan difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Asahan sebagai bentuk dukungan terhadap aktivitas positif mahasiswa. Namun, kelompok penolak tetap memaksa agar kegiatan tidak dilanjutkan.

Dian Marwa dan para alumni berharap peristiwa ini menjadi pelajaran bagi mahasiswa, khususnya di Kabupaten Asahan. Dunia kampus, kata dia, seharusnya menjadi tempat tumbuhnya pemikiran kritis, bukan arena konflik atau rivalitas organisasi.

“Perbedaan itu wajar dalam dunia mahasiswa. Tapi adab dan etika tetap harus dijaga. Tidak sepantasnya kegiatan intelektual diganggu hanya karena perbedaan wadah atau afiliasi,” tegasnya.

Ia menambahkan, mahasiswa seharusnya berlomba menghadirkan ide dan solusi bagi kemajuan daerah, bukan memperuncing perbedaan yang dapat memecah persatuan antarorganisasi.

Sebelumnya, sejumlah mahasiswa melakukan aksi orasi di depan Rumah Dinas Bupati Asahan sebagai bentuk penolakan terhadap kegiatan konsolidasi tersebut. Mereka menilai acara itu tidak memiliki urgensi yang jelas dan merasa tidak dilibatkan dalam penyelenggaraannya.

Namun, situasi berubah tegang ketika massa aksi mendadak merangsek masuk ke area acara dan membubarkan kegiatan secara paksa di hadapan Bupati Asahan Taufik Zainal Abidin, Dandim 0208 Letkol Inf Ed, dan sejumlah pejabat Forkopimda. Kejadian itu sempat membuat suasana kacau, meski acara tetap dilanjutkan hingga selesai.

Sementara itu, salah satu mahasiswa yang menolak kegiatan tersebut, Patria Sahdan, menilai konsolidasi BEM Nus di Asahan hanya bersifat seremonial tanpa arah yang jelas terhadap kontribusi sosial, ekonomi, maupun politik di daerah.

“Saya melihat kegiatan ini hanyalah ajang silaturahmi antar-BEM di Sumatera Utara. Pertanyaannya, apakah kegiatan seperti ini berdampak terhadap kepentingan masyarakat Asahan?” ujarnya.

(hm17)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN