Thursday, August 21, 2025
home_banner_first
HUKUM & PERISTIWA

Anak Polisi Jadi Korban Penganiayaan di Pesantren, Tiga Saraf Giginya Mati

journalist-avatar-top
Kamis, 21 Agustus 2025 11.06
anak_polisi_jadi_korban_penganiayaan_di_pesantren_tiga_saraf_giginya_mati

Ilustrasi penganiayaan. (Foto: Freepik.com)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Seorang siswa kelas IX SMP di salah satu pesantren kawasan Medan Tuntungan diduga menjadi korban penganiayaan. Akibat insiden tersebut, korban mengalami trauma dan tiga saraf giginya dinyatakan mati.

Orang tua FH, yang merupakan anggota polisi bertugas di jajaran Polrestabes Medan, mengatakan peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadan lalu. Saat itu, anaknya yang sedang berpuasa berbaring di dalam masjid. Tiba-tiba seorang teman sesama santri datang dan menginjak pipinya hingga mengenai bagian gigi.

"Saat itu anak saya lagi tiduran di masjid karena puasa. Tiba-tiba dipijak begitu saja oleh pelaku," ujarnya saat dihubungi, Kamis (21/8/2025).

Awalnya, orang tua FH mengira luka tersebut tidak serius sehingga hanya membawa anaknya berobat ke luar pesantren. Namun beberapa bulan kemudian, gigi FH mengalami perubahan warna. Saat diperiksa kembali ke dokter spesialis, diketahui tiga saraf giginya sudah tidak berfungsi.

"Dokter sempat bilang kalau ada perubahan warna gigi supaya segera dibawa lagi. Begitu kami periksa ulang, dokter menyatakan saraf giginya sudah mati. Efeknya jelas terlihat di bagian depan," tuturnya.

Ia menambahkan, sejak kejadian itu pihak keluarga pelaku tidak menunjukkan itikad baik. Hal yang sama juga ditunjukkan pihak pesantren yang dinilai abai menangani masalah ini.

"Awalnya kami memang difasilitasi untuk dipertemukan. Setelah itu, keluarga pelaku menanyakan kabar anak saya pun tidak pernah. Saya sudah habis belasan juta untuk biaya pengobatan, sampai harus berutang. Tapi tidak ada tanggapan dari keluarga pelaku," katanya mengeluh.

Orang tua FH berharap pihak pesantren dapat lebih serius menangani kasus ini agar menjadi pembelajaran dalam pengawasan terhadap santri. "Harapannya pesantren lebih tegas. Jangan seperti setengah-setengah. Setelah kasus ini ramai, barulah pihak pesantren dan keluarga pelaku menghubungi saya," ucapnya.

Meski demikian, ia menegaskan anaknya tetap akan melanjutkan pendidikan di pesantren tersebut. "Anak saya tetap di pesantren sampai tamat. Hanya saja sekarang dia masih trauma, jadi untuk sementara menjalani perawatan di luar pesantren," ujarnya. (putra/hm25)

REPORTER: