Friday, October 24, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Transmisi Suku Bunga BI Masih Lambat Meski Likuiditas Longgar

Mistar.idJumat, 24 Oktober 2025 17.21
journalist-avatar-top
transmisi_suku_bunga_bi_masih_lambat_meski_likuiditas_longgar

Ilustrasi penurunan BI Rate (Foto: Sindonews)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Bank Indonesia (BI) menyoroti lambatnya transmisi penurunan suku bunga acuan terhadap bunga kredit perbankan. Meskipun BI Rate sudah turun 150 basis poin menjadi 4,75 persen, dampaknya terhadap bunga pinjaman dan deposito masih terbatas.

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menjelaskan bahwa penurunan bunga di perbankan berjalan lebih lambat dibandingkan pergerakan di pasar uang. “Transmisi penurunan suku bunga ke kredit perbankan memang relatif lebih lambat dibanding respons di pasar uang dan pasar keuangan,” ujarnya di Bukittinggi, Jumat (24/10/2025).

Respons Pasar Uang Lebih Cepat

Suku bunga antarbank overnight turun signifikan sekitar 204 basis poin ke level 3,99 persen. Penurunan juga terjadi pada imbal hasil Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tenor 6, 9, dan 12 bulan—masing-masing turun sekitar 250 basis poin dibanding awal tahun. Per 17 Oktober, suku bunga SRBI tercatat di 4,65 persen untuk tenor 6 bulan, 4,67 persen untuk 9 bulan, dan 4,7 persen untuk tenor 12 bulan.

Namun, data BI menunjukkan, suku bunga deposito satu bulan baru turun 29 basis poin, sementara bunga kredit hanya turun 15 basis poin sejak awal tahun. Hal ini memperlihatkan masih adanya rigiditas pada transmisi kebijakan moneter di sisi perbankan.

BI Injeksi Likuiditas Lebih dari Rp800 Triliun

Selain menurunkan suku bunga acuan, BI juga memperluas injeksi likuiditas agar dana mengalir lebih cepat ke sistem keuangan. Langkah tersebut dilakukan dengan mengurangi porsi SRBI—yang berfungsi sebagai instrumen kontraksi moneter—dari Rp916 triliun menjadi Rp707 triliun pada 2025. Artinya, terdapat tambahan likuiditas sekitar Rp210 triliun ke sistem keuangan.

Tambahan pasokan uang juga berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder senilai Rp199,45 triliun serta pelaksanaan program debt sharing dengan pemerintah. Selain itu, BI menyalurkan likuiditas melalui skema Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang mencapai Rp393 triliun.

“Secara total, injeksi likuiditas yang dilakukan Bank Indonesia ke sistem perbankan mencapai lebih dari Rp800 triliun,” jelas Juli.

Dengan langkah agresif tersebut, BI berharap perbankan lebih aktif menurunkan bunga kredit dan memperluas penyaluran pembiayaan ke sektor produktif, sehingga efek pelonggaran moneter dapat terasa di ekonomi riil menjelang akhir 2025.

(hm17)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN