Pedagang Pakaian Bekas di Medan Khawatir Kehilangan Pekerjaan jika Perdagangan Ditutup

Suasana penjual baju bekas di Pasar Sambu, Medan. (foto: amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Rencana pembatasan hingga penutupan perdagangan pakaian bekas impor menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pedagang Pasar Sambu, Medan. Mereka menilai kebijakan tersebut bisa menghilangkan sumber penghasilan utama mereka.
Eva Manurung, salah seorang pedagang, mengenang kebijakan serupa pada masa pemerintahan Presiden Megawati yang menyebabkan sulitnya distribusi barang dan banyak pedagang kehilangan pekerjaan.
"Mau jadi apa kami kalau usaha baju bekas ini ditutup. Beberapa tahun lalu waktu presiden Megawati baru menjabat, sempat juga terjadi hal seperti ini. Akibatnya, barang susah masuk dan kami dirugikan. Kami kehilangan pekerjaan saat itu, sangat susah," ujar Eva, Senin (3/11/2025).
Ia menekankan keberadaan pedagang pakaian bekas justru membantu masyarakat berpenghasilan rendah, karena barang bermerek bisa didapat dengan harga sangat terjangkau.
"Sebenarnya dengan adanya kami ini, sangat membantu masyarakat yang tidak mampu membeli baju baru. Sebutlah satu merek ternama, dijual di toko Rp350.000 per potong. Sementara baju bekas dengan model, merek, dan bahan yang sama harganya hanya Rp35.000 atau bisa juga lebih murah. Harapannya janganlah dibuat peraturan seperti itu, itu bisa membuat kami kehilangan pekerjaan," ucapnya.
Sementara itu, pedagang lainnya, Noel, berharap pemerintah dapat mencari solusi yang lebih menguntungkan semua pihak, alih-alih menutup total.
"Kami ini kan hanya kerja saja, kalau baju bekas dibatasi, kami makan apa? Bagaimana kami menafkahi keluarga? Namun, ada baiknya juga, bisa lebih menertibkan penjual baju bekas agar tidak membludak. Tapi jika harus ditutup seluruhnya, kami makan apa nanti," ujar Noel, yang mempertanyakan nasib ribuan pedagang jika kebijakan penutupan total diberlakukan. (hm24)






















