IHSG Anjlok di Sesi I, Saham Konglomerat Jadi Penekan Utama

Karyawan memandang layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta. (foto:bisnis/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan sesi pertama perdagangan, Rabu (30/7/2025), dengan koreksi sebesar 0,72% atau 55,10 poin ke level 7.562,80, setelah sempat dibuka menguat di awal perdagangan.
IHSG dibuka naik 0,52% ke 7.657,20 pada pukul 09.01 WIB, namun tekanan jual terutama pada saham-saham konglomerat membuat indeks berbalik melemah. Rentang pergerakan indeks tercatat berada di 7.557–7.667 sepanjang sesi pertama.
Rangkuman perdagangan adalah saham naik 276, saham turun 325, saham stagnan 199, total transaksi Rp7,48 triliun, volume saham 14,45 miliar lembar, dan jumlah transaksi 1,05 juta kali.
Saham-saham milik kelompok usaha besar menjadi kontributor utama pelemahan indeks hari ini. SMMA (Grup Sinar Mas) turun 12%, menyumbang penurunan sebesar 18 poin IHSG. CDIA (Grup Barito/Prajogo Pangestu) turun 8,2%, memberi tekanan sebesar 4,56 poin. AMMN (Grup Salim), AMRT (Alfamart), DSSA, TPIA juga berkontribusi negatif. BBRI salah satu saham big caps yang turut membebani IHSG.
Faktor Eksternal: Tarif AS-China & The Fed
Pasar Asia-Pasifik Rabu (30/7/2025) pagi bergerak variatif. Ketegangan perdagangan kembali memanas setelah Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick, menegaskan bahwa batas waktu pengenaan tarif besar terhadap sejumlah mitra dagang tidak akan ditunda.
Sementara itu, pasar masih menanti keputusan penting dari The Fed mengenai arah suku bunga yang akan diumumkan, Kamis (31/7/2025) dini hari waktu Indonesia. Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter menjadi perhatian utama investor global.
MNC memperkirakan IHSG masih berada pada fase akhir dari wave v (wave (iii) dari wave [c]). Proyeksi penguatan menuju 7.675–7.699, namun tetap waspada terhadap potensi koreksi ke 7.604–7.564. Level support: 7.485 & 7.344, level resistance: 7.675 & 7.758, serta saham rekomendasi CMRY, EXCL, PSAB, dan RAJA
Menurut Felix Darmawan selaku Panin Sekuritas, sentimen domestik seperti inflasi terjaga dan surplus neraca dagang menjadi faktor penopang IHSG belakangan ini.
“Potensi masuknya dana asing tetap terbuka meskipun selektif,” ucapnya.
Sementara Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai sentimen positif termasuk arah dovish The Fed, stabilitas politik, dan peluang pelonggaran suku bunga BI menjadi katalis penting. Saham big caps dan emiten EBT seperti PGEO menarik perhatian asing.
Koreksi IHSG pada sesi I ini menyoroti sensitivitas pasar terhadap tekanan saham konglomerat dan ketidakpastian global. Meski demikian, proyeksi jangka pendek masih melihat adanya ruang penguatan jika sentimen eksternal membaik dan tekanan jual mereda. (**/hm16)