Harga Beras di Siantar Merangkak Naik Capai Rp26.000 per Kilogram

Pedagang beras di Pasar Horas Pematangsiantar. (foto: Abdi/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kota Pematangsiantar terus merangkak naik. Saat ini harganya mencapai Rp22.000 hingga Rp26.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp14.000 per kilogram. Kenaikan tersebut dikeluhkan pedagang beras, pelaku UMKM dan masyarakat Kota Pematangsiantar.
Salah seorang pedagang beras di Pasar Horas Marga Nainggolan mengakui terjadi kenaikan harga beras kelas medium dan premium sejak sebulan lalu. Awalnya, kenaikan harga beras mencapai Rp15.000 hingga Rp16.000 per kilogram dan kini menjadi Rp22.000 hingga Rp26.000 per kilogram.
"Kami menjual beras untuk kategori medium Rp15.000 hingga Rp16.000. Kini menjadi Rp22.000 hingga Rp24.000 per kilogram. Sementara untuk premium kami menjual Rp26.000 per kilogram," ujarnya kepada Mistar.id, Jumat (25/7/2025).
Adapun beras medium yang dijual pedagang kepada pembeli, merek IR 64 dengan harga Rp22.000 per kilogram, dan kualitas premium merek Ramos dengan harga Rp26.000 per kilogram.
"Selama satu bulan ini untuk medium kenaikannya bertahap mulai dari Rp15.000 dan sampai sekarang menjadi Rp22.000 hingga Rp24.000 per kilogram," jelasnya.
Kenaikan harga beras bebankan masyarakat
Kenaikan kebutuhan pokok ini dikeluhkan masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Salah satu keluhan datang dari Ibu Rumah Tangga (IRT) Nindy, warga Kelurahan Tanjung Tongah, Kecamatan Siantar Martoba.
Menurut Nindy, beras kualitas medium dan premium sama-sama merangkak naik sudah sebulan ini di sejumlah pasar tradisional. Untuk kualitas premium dibanderol Rp26.000 per kilogram. Kenaikan ini membuat warga menjerit karena merasa terbebani.
"Sementara kualitas medium, dulu Rp14.000 dan sekarang jadi Rp22.000 per kilogram," tuturnya.
Kenaikan harga beras saat ini diakui cukup membebankan masyarakat. Terutama bagi masyarakat kecil seperti dirinya yang tidak memiliki penghasilan rutin setiap bulan.
"Jadi beban buat kami, dikira gampang cari uang Rp22.000, susah. Apalagi sekarang sudah serba uang," sebutnya.
Dampak kenaikan harga beras di Pematangsiantar ternyata mulai dirasakan pelaku UMKM. Pelaku UMKM yang terdampak terutama yang bergerak di bidang makanan.
Salah satunya dirasakan Nurmianti, salah seorang penjual nasi di Kelurahan Pondok Sayur mengatakan keuntungan yang diperolehnya dari hasil berjualan nasi saat ini makin menipis sejak harga beras naik. "Harga nasinya nggak naik sih, tapi keuntungan kita jadi berkurang," katanya.
Ia menyampaikan menaikkan harga makanan yang dijual bukan merupakan pilihan yang tepat untuk saat ini. Karena ada dilema tersendiri yang dirasakan oleh para pedagang makanan apabila harga makanan dinaikkan.
Ia sendiri khawatir para pelanggan akan berkurang. Namun, pedagang pun mulai merasa bahwa harga beras yang tinggi juga cukup membebani biaya produksi untuk makanan yang akan dijual. "Harga beras yang saya beli di angka sekitar Rp23.000 per kilogram," ujarnya.
Ia mengaku per harinya ia butuh sekitar 5 kilogram untuk produksi nasi yang dijual. Warung nasi yang dikelola Nurmianti buka dari pukul 09.00 WIB hingga 20.00 WIB.
Tentu ia berharap besar harga beras dapat segera stabil. Apabila harga beras masih terus melambung tinggi, masyarakat pasti akan sangat terdampak. Apalagi saat ini beras masih menjadi sumber karbohidrat utama yang dipilih oleh masyarakat.
Keluhan yang sama juga disampaikan Winalda, warga Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Siantar Sitalasari. Dia mengaku heran dengan harga beras saat ini yang terus merangkak naik.
Padahal menurutnya di Pemerintah Kota sudah ada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ditugaskan melakukan pengawasan hingga kebijakan dalam menekan harga komoditas yang ada di pasaran.
"Kami tidak bisa berbuat banyak, kecuali berharap sama Pemko agar lakukan upaya untuk tekan harga biar bisa turun seperti sebelumnya," harapnya.
Pemko gelar operasi pasar murah
Kepala Bidang Pangan dan Penyuluhan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Pematangsiantar, Laila Nasution, mengatakan Untuk menekan harga dan membantu masyarakat, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah strategis.
"Salah satunya melalui operasi pasar murah bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dengan menjual beras SPHP. Kegiatan ini dilaksanakan pada 22 hingga 25 Juli 2025 di delapan kecamatan di Kota Pematangsiantar," katanya.
DKPP juga terus berkoordinasi dengan Perum Bulog dalam memastikan kelancaran distribusi beras SPHP ke pasar-pasar tradisional.
"Penyaluran sudah dimulai di sejumlah pasar, dan diharapkan bisa menstabilkan harga beras dalam waktu dekat," ucap Laila.
Asisten Manager Supply Chain dan Pelayanan Publik (SCPP) Bulog Cabang Pematangsiantar, Aryo Wibisono mengatakan bantuan pangan berupa beras 20 kilogram yang diberikan pemerintah, tidak mampu untuk menurunkan harga beras yang mahal saat ini di pasaran.
"Kalau ada yang mengatakan bahwa bantuan pangan ini tidak berpengaruh terhadap penurunan harga, benar,” ujarnya.
Meski tak efektif menekan harga beras, Aryo mengatakan bantuan pangan beras ini sangat dibutuhkan. Terutama untuk kelompok yang rentan terhadap kenaikan harga pangan.
"Tetapi ada masyarakat yang tidak lagi mencari beras secara terdesak untuk pergi ke pasar. Mereka ini yang paling sensitif dengan kenaikan harga,” ucapnya.
Dengan adanya bantuan pangan beras ini, lanjut Aryo, masyarakat kelompok rentan ini bisa menjalani hari-hari dengan tenang tanpa khawatir dengan kenaikan harga beras. (Abdi/hm18)