Harga Bahan Pokok di Samosir Berfluktuasi Selama Awal Oktober 2025

Kabid Perdagangan Dinas Koperindag Pemkab Samosir, Boyke Situmorang. (Foto: Pangihutan/Mistar)
Samosir, MISTAR.ID
Berdasarkan pantauan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Kabupaten Samosir pada awal Oktober 2025, harga bahan pokok di wilayah tersebut berfluktuasi.
Kabid Perdagangan Dinas Koperindag Pemkab Samosir, Boyke Situmorang, mengatakan harga tepung terigu relatif stabil.
“Tepung terigu protein sedang tetap di Rp15.000 per kilogram dan protein rendah di Rp10.000 per kilogram. Namun, untuk tepung terigu protein tinggi belum ditemukan transaksi selama periode pemantauan,” ujar Boyke kepada Mistar saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (9/10/2025).
Harga tempe juga stabil di Rp15.000 per kilogram tanpa fluktuasi sejak 24 September hingga 8 Oktober 2025.
Menurut Boyke, kestabilan ini menandakan pasokan kedelai impor sebagai bahan baku tempe masih aman dan terkendali.
Komoditas telur ayam ras menunjukkan penurunan dari Rp30.000 menjadi Rp27.733 per kilogram sejak awal Oktober 2025.
Sementara telur ayam kampung tetap stabil di Rp52.000 per kilogram. Penurunan harga telur ayam ras ini, kata Boyke, mencerminkan peningkatan pasokan dari peternak lokal di wilayah Samosir dan sekitarnya.
Tahu mentah juga terpantau stabil di harga Rp10.000 per kilogram. Kondisi serupa terjadi pada susu kental manis Indomilk ukuran 390 gram yang tetap di Rp13.000 per kaleng.
Namun, untuk susu bubuk Indomilk dan SGM 1+ ukuran 400 gram sebagian tidak tersedia di pasaran karena keterbatasan distribusi dari pemasok.
Susu bubuk Dancow ukuran 400 gram stabil di Rp48.000 per kemasan dan masih mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku. Pisang barangan dijual stabil di Rp12.000 per kilogram meskipun permintaan meningkat menjelang akhir bulan.
Harga minyak goreng premium tetap di Rp22.000 per liter tanpa perubahan. Namun, minyak goreng merek MinyaKita mengalami kenaikan ringan dari Rp15.700 menjadi Rp16.000 per liter. Menurut Boyke, kenaikan ini masih tergolong wajar dan berada di bawah batas HET yang ditetapkan pemerintah.
Kemudian, minyak goreng curah tidak tersedia di pasar selama periode pemantauan. Kondisi serupa terjadi pada kacang kedelai lokal, maupun impor yang tidak mencatatkan transaksi karena keterbatasan stok dari distributor besar.
Harga jeruk lokal ukuran medium terpantau stabil di Rp15.000 per bungkus. Sementara itu, jagung pipilan kering mengalami kenaikan dari Rp5.800 menjadi Rp7.500 per kilogram akibat menurunnya hasil panen lokal di awal Oktober.
Ikan teri peto juga stabil di Rp90.000 per kilogram, dan ikan kembung di Rp50.000 per kilogram. Boyke menyebutkan bahwa pasokan hasil tangkapan laut dari nelayan masih lancar dan mencukupi kebutuhan pasar.
Harga gula pasir turun dari Rp17.500 menjadi Rp17.000 per kilogram akibat meningkatnya distribusi dari pemasok besar. Sedangkan garam beriodium halus tetap di Rp16.000 per kilogram tanpa perubahan harga selama periode pemantauan.
Daging sapi murni mengalami kenaikan dari Rp140.000 menjadi Rp150.000 per kilogram, disebabkan meningkatnya biaya distribusi dan terbatasnya pasokan dari rumah potong hewan. Sementara daging ayam kampung tetap Rp85.000 per kilogram, dan ayam broiler naik dari Rp40.000 menjadi Rp42.000 per kilogram akibat meningkatnya permintaan menjelang akhir bulan.
Harga cabai rawit hijau turun tajam dari Rp57.000 menjadi Rp30.000 per kilogram berkat melimpahnya hasil panen di beberapa daerah penghasil.
“Sebaliknya, cabai merah keriting naik signifikan dari Rp55.000 menjadi Rp85.000 per kilogram karena pasokan berkurang akibat cuaca ekstrem yang memengaruhi produksi di sentra pertanian,” ujarnya.
Untuk komoditas beras, harga beras premium naik tipis dari Rp15.400 menjadi Rp15.800 per kilogram, sementara beras medium tetap stabil di Rp14.000 per kilogram. Bawang putih juga dijual di harga tetap Rp35.000 per kilogram tanpa perubahan.
Harga bawang merah lokal sempat turun dari Rp41.500 menjadi Rp30.000, kemudian naik kembali menjadi Rp35.000 per kilogram. Fluktuasi ini terjadi karena perbedaan pasokan antar daerah penghasil. Adapun bawang merah impor tidak tersedia selama tiga periode pemantauan.
“Dari hasil pemantauan terhadap 35 komoditas, Dinas Koperindag mencatat 7 komoditas mengalami kenaikan harga, 3 mengalami penurunan, 17 stabil, dan 8 tidak memiliki data harga,” ucapnya.
Boyke Situmorang menjelaskan bahwa kenaikan harga terutama terjadi pada cabai merah keriting, daging sapi murni, daging ayam broiler, minyak goreng Minyakita, beras premium, dan jagung pipilan kering. Sedangkan penurunan signifikan terjadi pada cabai rawit hijau, gula pasir, dan telur ayam ras.
“Secara umum, kondisi harga kebutuhan pokok di awal Oktober 2025 masih stabil dan terkendali. Fluktuasi harga yang terjadi masih tergolong wajar, terutama pada komoditas hasil pertanian dan peternakan yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, distribusi, serta pola permintaan konsumen menjelang akhir tahun,” tutur Boyke.
BERITA TERPOPULER









