Bawang dan Cabai Merah Jadi Penyumbang Inflasi di Siantar

Salah satu pedagang komoditas bawang merah di pasar tradisional di Pematangsiantar. (Foto: Abdi/Mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Bawang merah dan cabai merah menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Pematangsiantar pada Agustus 2025. Bawang merah dengan andil sebesar 0,19 persen sedangkan cabai merah sebesar 0,10 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Pematangsiantar, Ahmadi Rahman, mengatakan tekanan inflasi di Siantar masih tinggi sebesar 1,21 persen month to month (mtm). Angka itu meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat inflasi 0,79 persen (mtm).
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi terbesar adalah jeruk dan tomat, masing-masing -0,02 persen, serta sawi hijau -0,01 persen.
“Pada Agustus 2025 tercatat inflasi cukup signifikan yang disumbang kenaikan harga beberapa komoditas pangan strategis, yaitu bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit," katanya pada Mistar, Rabu (3/9/2025).
Lanjutnya, kenaikan harga tiga komoditas hortikultura ini, dipicu pasokan terbatas di wilayah Sumatera Utara akibat kemarau. Khususnya di sentra produksi seperti Simalungun, Karo, dan Batubara.
"Secara keseluruhan, kombinasi faktor cuaca, biaya produksi, dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan menjadi pemicu utama inflasi Agustus,” ucapnya.
Ahmadi menjelaskan, dalam upaya pengendalian inflasi di Kota Pematangsiantar, sejumlah kegiatan telah dilaksanakan, antara lain pasar murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang tersebar di sekitar 75 titik. Langkah ini dinilai menjadi solusi jangka pendek untuk menjaga harga tetap terkendali.
“Selain itu, dilakukan juga kolaborasi dengan Tim SP, di mana masyarakat yang bertransaksi menggunakan QRIS pada kegiatan pasar murah dan GPM akan mendapatkan souvenir bawang merah atau cabai merah. Ke depan, kegiatan ini akan terus dilanjutkan, termasuk menjalin kerja sama antardaerah (KAD) untuk memenuhi pasokan,” tuturnya.
Ia menambahkan, pengendalian inflasi juga dilakukan melalui program pekarangan pangan lestari guna memperkuat ekonomi keluarga dengan mengurangi belanja harian sekaligus membuka peluang usaha dari hasil panen.
“Pelatihan telah diberikan kepada 10 kelompok wanita tani dengan komoditas hortikultura sebagai upaya mendorong kemandirian pangan masyarakat,” ucapnya.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematangsiantar juga telah menggelar HLM. Dalam pertemuan itu disepakati pelaksanaan pasar murah dan GPM setiap Senin dan Selasa, penelusuran KAD untuk menjaga pasokan, serta penciptaan warung tekan inflasi di sekitar pasar tradisional guna menstabilkan harga melalui efek psikologis pada pemasok.
“Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan menurun pada September 2025. Curah hujan di Sumatera Utara mulai kembali normal sehingga hasil panen petani meningkat. Selain itu, pasokan dari Jawa juga sudah masuk sehingga harga cenderung lebih terkendali,” tuturnya. (abdi/hm25)