Tari Anak Pacu Jalur Kuansing Mendunia, Viral dengan Nama Aura Farming

Tari Anak Pacu Jalur Kuansing. (Foto: IDNJurnal/Mistar)
Riau, MISTAR.ID
Dunia maya tengah diramaikan dengan video menari yang terinspirasi dari gerakan tari anak dalam tradisi Pacu Jalur, sebuah perlombaan perahu tradisional asal Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.
Fenomena ini tak hanya viral di Indonesia, namun meluas hingga mancanegara. Popularitas tarian ini semakin melonjak setelah diunggah oleh klub sepakbola internasional seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan melalui akun resmi media sosial mereka. Gerakan tari tersebut kini dikenal dengan istilah “aura farming”, yang menjadi tren baru di kalangan pengguna media sosial.
Pacu Jalur merupakan salah satu event budaya terbesar di Kuansing yang rutin digelar setiap Agustus untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam perlombaan ini, perahu panjang dengan ukuran ramping melaju cepat di Sungai Kuantan, sementara di haluan perahu terdapat seorang anak kecil yang menari lincah.
Mahviyen Trikon Putra, tokoh Pacu Jalur Kuansing, mengungkapkan anak penari di haluan tersebut disebut sebagai Togak Luan. Mahviyen, yang pernah menjadi Togak Luan saat kecil, menjelaskan, dalam satu jalur terdapat dua anak: satu di bagian depan sebagai Togak Luan dan satu lagi di belakang yang berperan sebagai Tukang Onjai, yang bertugas menggoyangkan perahu ke kiri dan kanan.
“Yang menari di haluan jalur memang hanya anak-anak berusia sekitar 8 sampai 13 tahun. Tugas mereka adalah memberikan semangat kepada para pendayung,” ujar Mahviyen, dilansir dari Kompas, Jumat (4/7/2025).
Ia menambahkan, dulu posisi di bagian belakang diisi orang dewasa, tetapi kini digantikan anak-anak untuk mengurangi beban perahu. “Tarian anak di haluan jalur juga menjadi penanda bahwa jalur mereka sedang unggul,” ucapnya.
Gerakan tari yang dilakukan Togak Luan bersifat spontan, mengikuti naluri sambil tetap menjaga keseimbangan. Ketika perahu kalah dalam perlombaan, sang anak biasanya akan duduk.
“Kalau tetap berdiri dan menari, itu malah memberi informasi yang salah,” katanya sambil tertawa.
Menariknya, saat perahu melaju, anak Togak Luan juga bisa melompat ke sungai untuk mengurangi beban perahu.
“Dia loncat ke sungai demi meringankan jalur,” ungkap Mahviyen, yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kuansing.
Syarat Menjadi Togak Luan
Untuk menjadi Togak Luan, terdapat beberapa syarat penting, seperti harus pandai berenang, memiliki keseimbangan yang baik, serta mental yang kuat. “Kalau tidak kuat mental, bisa jatuh ke sungai karena banyak sekali yang menonton,” jelasnya.
Mahviyen mengaku bangga karena tradisi Pacu Jalur kini dikenal hingga mancanegara berkat gerakan tari Togak Luan yang banyak ditiru warganet di berbagai negara. “Kami bangga sekali Pacu Jalur Kuansing bisa mendunia. Itu memang impian kami,” katanya.
Ia berharap popularitas Pacu Jalur yang mendunia akan meningkatkan jumlah wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang ingin menyaksikan langsung perlombaan tersebut. Bahkan Mahviyen mengungkapkan keinginan agar suatu saat digelar Pacu Jalur bertaraf internasional di Kuansing.
“Semoga suatu hari nanti bisa ada Pacu Jalur antarnegara di Kuansing,” ujarnya penuh harap.
Adapun Pacu Jalur Kuansing selanjutnya dijadwalkan digelar pada 20 hingga 25 Agustus 2025, sebagaimana telah masuk dalam kalender pariwisata nasional. []
PREVIOUS ARTICLE
Mulang Pekelem: Ritual Suci di Tengah Keindahan Segara Anak