Wednesday, October 29, 2025
home_banner_first
SAINS & TEKNOLOGI

Raksasa Teknologi AS Siap Rilis Laporan Keuangan, Investor Waspadai Potensi Gelembung AI

Mistar.idRabu, 29 Oktober 2025 10.31
journalist-avatar-top
raksasa_teknologi_as_siap_rilis_laporan_keuangan_investor_waspadai_potensi_gelembung_ai

Seorang pria berdiri di depan logo Google selama resepsi media di kantor pusat Google Prancis menjelang KTT Aksi Kecerdasan Buatan di Paris, Prancis, 9 Februari 2025. (Foto: REUTERS)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Empat raksasa teknologi Amerika Serikat — Microsoft, Alphabet (Google), Amazon, dan Meta — bersiap mengumumkan laporan pendapatan kuartal Juli–September pekan ini. Namun, di balik optimisme pertumbuhan, para analis mulai memperingatkan bahwa euforia kecerdasan buatan (AI) bisa mengarah pada gelembung teknologi baru.

Menurut data LSEG, keempat perusahaan tersebut diperkirakan akan mencatat kenaikan pendapatan signifikan berkat permintaan tinggi untuk layanan berbasis AI dan cloud. Namun, sebagian kalangan menilai valuasi yang melonjak tajam tidak sepenuhnya didukung oleh kinerja fundamental.

CEO OpenAI Sam Altman, pendiri Amazon Jeff Bezos, dan CEO Goldman Sachs David Solomon termasuk di antara tokoh bisnis yang memperingatkan potensi “kegilaan AI” di pasar saham. Mereka menilai euforia ini sudah melampaui kemampuan riil teknologi untuk menghasilkan keuntungan dalam waktu dekat.

Pengeluaran Besar, Keuntungan Masih Abu-Abu

Secara kolektif, perusahaan Big Tech dan penyedia cloud global diperkirakan menggelontorkan US$400 miliar (sekitar Rp6.640 triliun) untuk pengembangan infrastruktur AI pada 2025. Namun, hasil bisnis dari investasi besar ini masih belum jelas.

Sebuah studi dari MIT menemukan bahwa hanya 5% dari lebih 300 proyek AI yang mampu memberikan hasil terukur. Sebagian besar proyek gagal melampaui tahap uji coba karena lemahnya integrasi dan kesulitan memperluas skala penerapan.

Mantan kepala AI Tesla sekaligus salah satu pendiri OpenAI, Andrej Karpathy, bahkan menyebut sebagian besar hype AI saat ini sebagai “lompatan yang terlalu besar tanpa hasil nyata.”

Sejak debut ChatGPT pada November 2022, euforia AI telah menambah sekitar US$6 triliun pada kapitalisasi pasar Big Tech. Namun, beberapa ekonom memperingatkan bahwa pertumbuhan tersebut bisa menjadi rapuh jika pengeluaran tidak diimbangi keuntungan nyata.

Transaksi Silang dan Risiko Sistemik

Kekhawatiran lain muncul dari transaksi bersirkulasi di antara perusahaan besar. Misalnya, Nvidia dikabarkan berencana berinvestasi hingga US$100 miliar di OpenAI, yang juga menjadi salah satu pelanggan utamanya.

Sementara itu, OpenAI menandatangani kesepakatan komputasi senilai US$1 triliun, termasuk komitmen membeli layanan dari Oracle senilai US$300 miliar.

Di sisi lain, Meta meneken pembiayaan US$27 miliar dengan perusahaan kredit swasta Blue Owl Capital untuk membangun pusat data baru.

Menurut Ahmed Banafa, profesor teknik di Universitas Negeri San Jose, hubungan pendanaan yang saling terkait seperti ini bisa meningkatkan risiko sistemik, karena keputusan investasi tidak lagi didorong oleh permintaan riil, melainkan ekspektasi pertumbuhan semu.

Investor Masih Optimistis

Meski ada kekhawatiran, sebagian investor tetap yakin nilai riil dari AI akan muncul dalam jangka panjang. CEO Patriarch Organization Eric Schiffer mengatakan, “Adopsi mungkin masih rendah sekarang, tapi inovasi yang berkelanjutan akan mendorong pertumbuhan signifikan. Saya tidak melihat ini sebagai gelembung.”

Untuk kuartal terakhir, Microsoft Azure diperkirakan mencatat pertumbuhan pendapatan 38,4%, mengalahkan Google Cloud (30,1%) dan Amazon Web Services (18%).

Secara keseluruhan, Microsoft diperkirakan mencatat kenaikan pendapatan 14,9%, Alphabet 13,2%, Amazon 11,9%, dan Meta 21,7%, menurut data LSEG.

Namun, laju pertumbuhan laba cenderung melambat akibat tingginya biaya investasi AI, dengan Microsoft menjadi satu-satunya perusahaan yang masih menunjukkan peningkatan signifikan.

Laporan keuangan ketiga raksasa teknologi — Microsoft, Alphabet, dan Meta — dijadwalkan dirilis pada Rabu waktu AS, sementara Amazon menyusul pada Kamis.

Dengan valuasi yang terus meroket, para analis memperingatkan bahwa semangat AI bisa menjadi pisau bermata dua: mendorong inovasi ekonomi, namun juga berpotensi menciptakan gelembung finansial baru jika ekspektasi tak sejalan dengan realita. (hm17)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN