Tuesday, September 9, 2025
home_banner_first
OTOMOTIF

Industri Otomotif Eropa Terancam Krisis, China-AS Kian Menekan

journalist-avatar-top
Senin, 8 September 2025 21.44
industri_otomotif_eropa_terancam_krisis_chinaas_kian_menekan

Ilustrasi industri otomotif (Foto: Istimewa/Mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Industri otomotif Eropa kini berada di titik kritis. Penjualan yang melemah, biaya energi yang melambung, persaingan global yang semakin ketat, serta ketidakpastian regulasi membuat masa depan sektor ini dipertanyakan.

“Ada risiko peta masa depan industri mobil global digambar tanpa Eropa,” ujar Kepala Bidang Industri Uni Eropa, Stéphane Séjourné, Senin (8/9/2025).

Pertemuan Krisis di Brussels

Untuk mencari solusi, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan menggelar pertemuan dengan eksekutif puncak otomotif di Brussels, Jumat mendatang. Forum ini merupakan dialog krisis ketiga sekaligus terakhir tahun ini, bagian dari Strategic Dialogue on the Future of the Automotive Industry.

Sebelumnya, Uni Eropa meluncurkan Rencana Aksi Industri yang mencakup dana €1,8 miliar (Rp 34.470 triliun) untuk produsen baterai melalui program Battery Booster serta €1 miliar (Rp 19.150 triliun) tambahan untuk riset baterai lewat Horizon Europe. Namun, langkah tersebut dinilai belum cukup mengubah arah industri.

“Rasa urgensi belum hilang. Kami membutuhkan lebih banyak tindakan,” kata Sigrid de Vries, Direktur Jenderal Asosiasi Produsen Mobil Eropa (ACEA).

Dalam surat terbuka kepada Ursula von der Leyen, Presiden ACEA Ola Källenius bersama Presiden Asosiasi Pemasok Otomotif Eropa (CLEPA) Matthias Zink menekankan perlunya transformasi yang realistis. “Rencana Eropa harus melampaui idealisme dan mengakui realitas industri serta geopolitik saat ini,” tulis keduanya.

Kendaraan Listrik Mandek

Salah satu tantangan utama adalah stagnasi kendaraan listrik (EV). Pangsa pasar EV berbasis baterai di Eropa hanya 15%, jauh dari target transisi energi.

Masalah infrastruktur menjadi hambatan besar. Dari 880.000 titik pengisian daya publik di Uni Eropa, 75% terkonsentrasi di Belanda, Prancis, dan Jerman. Padahal, untuk mencapai target 2030, Eropa membutuhkan 8,8 juta titik pengisian atau setara 1,5 juta unit baru per tahun.

ACEA dan CLEPA juga mendesak peninjauan ulang regulasi CO2 yang dinilai terlalu kaku. “Tidak mungkin memaksa orang hanya membeli satu jenis mobil,” tegas de Vries.

China-AS Menggempur Pasar Eropa

Elektrifikasi seharusnya menjadi peluang besar, tetapi produsen Eropa tertinggal dari pemain baru, terutama China. Pada 2024, hanya Volkswagen ID.3 yang masuk daftar 10 mobil listrik terlaris global, sementara pabrikan China mendominasi berkat kendali rantai pasok baterai dan biaya produksi yang lebih murah.

Data Germany Trade & Invest mencatat penjualan mobil di China pada 2024 mencapai 32 juta unit, dengan setengahnya kendaraan listrik. Sebagai perbandingan, Eropa hanya menjual 11 juta unit dan AS 15 juta unit.

Di pameran IAA Mobility Munich, jumlah peserta asal China melonjak 40% hingga mencetak rekor baru. Sementara itu, tarif tambahan dari AS terhadap mobil Eropa menambah beban industri.

“Eropa justru harus mempererat kerja sama dengan China. Mereka memegang semua kartu,” kata Ferdinand Dudenhöffer, Direktur Center Automotive Research (CAR) Jerman.

Taruhan Besar bagi Ekonomi Eropa

Industri otomotif bukan sekadar bisnis, melainkan tulang punggung ekonomi Eropa. Sektor ini menopang 13 juta lapangan kerja atau sekitar 6% dari total pekerjaan di Uni Eropa, dengan kontribusi sekitar €1 triliun (Rp 19.150 kuadriliun) terhadap PDB kawasan.

Namun, tekanan terus meningkat. Di Jerman saja, lebih dari 50.000 pekerjaan otomotif hilang pada tahun lalu. “Setiap pekerjaan dan setiap pabrik yang hilang tidak akan kembali,” tegas Dudenhöffer.

Jika krisis ini berlanjut, dampaknya bisa menghantam stabilitas ekonomi Eropa dalam jangka panjang.(*)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN