Nama Iriana dan JKW Muncul di Kapal Tambang Nikel Raja Ampat, Simbol atau Kebetulan?

Kapa pengangkut nikel dengan nama Iriana dan JKW menjadi perhatian publik (f:ist/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Gelombang polemik tambang nikel di Raja Ampat terus menjadi perhatian. Namun kini, perdebatan itu menyeret kejutan yang tak terduga kemunculan kapal-kapal pengangkut bijih nikel dengan nama yang mencuri perhatian publik, sama dengan sebagian nama istri Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, yakni Iriana.
Video-video viral di media sosial memperlihatkan kapal-kapal tugboat dan tongkang yang disebut mengangkut hasil tambang dari kawasan kaya keanekaragaman hayati itu. Sorotan tajam tertuju pada kapal "JKW Mahakam" dan "Dewi Iriana" dua nama yang mengandung ironi di tengah pusaran kontroversi tambang.
Sesuai penelusuran di laman Direktorat Perkapalan dan Kepelautan (Ditkapel) Kemenhub, terkonfirmasi ada delapan kapal dengan nama JKW Mahakam, dan enam kapal dengan nama Dewi Iriana. Nama-nama itu tak hanya mengandung kemiripan dengan tokoh nasional, tetapi juga menyimpan keterkaitan dengan sejumlah perusahaan logistik besar yang bergerak di sektor angkutan tambang.
Baca Juga: Keajaiban Alam Piaynemo di Raja Ampat
Berikut rincian nama-nama kapal tersebut:
Kapal JKW Mahakam:
JKW Mahakam 1 – PT Pelita Samudera Sreeya (PSS)
JKW Mahakam 2 – PT Glory Ocean Lines
JKW Mahakam 3 – PT Pelita Samudera Sreeya
JKW Mahakam 5 – PT Sinar Pasifik Lestari
JKW Mahakam 6 – PT Pelita Samudera Sreeya
JKW Mahakam 7 – PT Permata Lintas Abadi
JKW Mahakam 8 – PT Sinar Pasifik Lestari
JKW Mahakam 10 – PT Pelita Samudera Sreeya
Kapal Dewi Iriana:
Dewi Iriana 1 – PT IMC Pelita Logistik Tbk
Dewi Iriana 2 – PT Pelita Samudera Sreeya
Dewi Iriana 3 – PT Pelita Samudera Sreeya
Dewi Iriana 5 – PT Pelita Samudera Sreeya
Dewi Iriana 6 – PT Sinar Pasifik Lestari
Dewi Iriana 8 – PT Permata Lintas Abadi
Munculnya nama "Dewi Iriana" sebagai kapal tongkang pengangkut hasil tambang seolah menjadi simbol ironi seorang tokoh perempuan yang dikenal anggun dan bersahaja, kini terasosiasi dengan aktivitas industri berat yang penuh kontroversi.
Lebih dari sekadar nama, kapal-kapal JKW Mahakam dapat dilacak pergerakannya melalui situs pelacakan populer VesselFinder. Misalnya:
JKW Mahakam 1 terakhir tercatat di Pelabuhan Palembang
JKW Mahakam 3 – Pelabuhan Bunati, Tanah Bumbu
JKW Mahakam 5 – Pelabuhan Banjarmasin
JKW Mahakam 7 – Pelabuhan Kendari dan Panjang, Lampung
Sebaliknya, kapal-kapal Dewi Iriana tak dapat dilacak karena berstatus tongkang, yang umumnya tidak dilengkapi AIS (Automatic Identification System).
Salah satu nama yang menonjol dalam kepemilikan kapal-kapal ini adalah PT Pelita Samudera Sreeya (PSS), anak usaha dari PT IMC Pelita Logistik Tbk (PSSI) perusahaan pelayaran logistik yang berkantor di Menara Astra, Jakarta.
Didirikan pada tahun 2023, PSS menunjukkan ekspansi agresif di sektor angkutan barang tambang. Selain PSS, pemilik lain yang muncul antara lain PT Permata Lintas Abadi, PT Sinar Pasifik Lestari, dan PT Glory Ocean Lines.
Publik bertanya-tanya, apakah penggunaan nama-nama ini hanya kebetulan semata, atau ada sinyal politis dan simbolik yang ingin disampaikan di balik layar industri tambang? Menggunakan nama yang begitu lekat dengan pemimpin nasional dan mantan ibu negara jelas bukan hal sepele. Apalagi, ketika nama-nama itu muncul dalam konteks eksploitasi alam yang sedang menuai kritik keras dari berbagai pihak, termasuk aktivis lingkungan dan tokoh adat Papua Barat.
PREVIOUS ARTICLE
Orang-Orang Dekat Erick Thohir Mulai Tersingkir dari BUMN