Saturday, October 18, 2025
home_banner_first
NASIONAL

Firasat Ibu dan Dugaan Gangguan Mental di Balik Aksi Tragis Mahasiswa Unud

Mistar.idJumat, 17 Oktober 2025 19.47
RF
firasat_ibu_dan_dugaan_gangguan_mental_di_balik_aksi_tragis_mahasiswa_unud

Ilkustrasi, Firasat Ibu dan Dugaan Gangguan Mental di Balik Aksi Tragis Mahasiswa Unud. (foto:indonesiacollege/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Kasus kematian mahasiswa Universitas Udayana (Unud) berinisial TAS (22) yang nekat melompat dari lantai empat Gedung Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unud, Denpasar, Bali, Rabu (15/10/2025), kini mulai terungkap sejumlah fakta baru. Polisi menyebut ibu korban sempat mengalami buruk sebelum kejadian.

Kasi Humas Polresta Denpasar, Kompol I Ketut Sukadi , mengungkapkan ibu korban merasa ada perubahan perilaku pada anaknya beberapa waktu terakhir. TAS termasuk sempat mengadakan perjalanan aneh dan berjalan kaki sendirian ke kampus, sehingga sang ibu memutuskan datang ke Bali untuk menemaninya selama kuliah.

Berdasarkan keterangan Saksi berinisial NKGA (21) , TAS terlihat datang dari arah lift sekitar pukul 08.30 Wita dengan mengenakan baju putih dan membawa ransel. Ia tampak panik serta mondar-mandir di lantai empat gedung FISIP. Tak lama kemudian, Saksi lain mendengar suara benda jatuh dan menemukan korban sudah tiba di halaman depan lobi kampus.

Korban sempat dilarikan ke RSUP Prof IGNG Ngoerah Denpasar , namun dinyatakan meninggal pukul 13.03 Wita akibat pendarahan internal dan patah tulang di beberapa bagian tubuh.

Wakil Dekan III FISIP Unud, I Made Anom Wiranata , mengungkapkan bahwa korban telah memiliki riwayat gangguan kesehatan mental sejak SMP dan sempat menjalani terapi dengan konselor. Namun, saat masuk kuliah di Unud, TAS menolak melanjutkan pengobatan.

“Menurut ibunya, sejak SMP dia sudah ditangani tenaga medis dan konselor. Namun ketika masuk ke Udayana, dia menolak terapi lanjutan,” ujar Anom dalam rapat mahasiswa yang disiarkan melalui Instagram DPM FISIP Unud, Kamis (16/10/2025).

Anom menegaskan tidak ada indikasi bullying yang menyebabkan kematian TAS. Menurutnya, perilaku perundungan justru muncul setelah korban meninggal dunia , melalui komentar dan unggahan nir-empati di media sosial.

Humas Unud, Ni Nyoman Dewi Pascarani , membenarkan bahwa komentar di media sosial yang menghina korban terjadi setelah peristiwa tersebut. Pihak kampus, katanya, telah mengadakan rapat dengan berbagai pihak untuk mendokumentasikan kasus ini dan menyerahkannya kepada Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (Satgas PPK) Unud .

“Universitas mengecam keras segala bentuk ucapan, komentar, atau tindakan yang tidak berempati, baik di dunia nyata maupun di ruang digital. Kami akan menindak mahasiswa yang terlibat sesuai peraturan universitas,” tegas Dewi.

Selain memberikan sanksi terhadap pelaku perundungan, pihak kampus juga akan memperkuat sosialisasi etika komunikasi dan penggunaan media sosial yang bertanggung jawab bagi seluruh sivitas akademika. (berbagaisumber/hm27)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN