Thursday, May 29, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Trump Larang Mahasiswa Asing Masuk Harvard? Ini Penjelasannya

journalist-avatar-top
Senin, 26 Mei 2025 16.08
trump_larang_mahasiswa_asing_masuk_harvard_ini_penjelasannya

Donald Trump membeberkan alasannya melarang mahasiswa asing masuk Harvard (f:ist/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Dunia pendidikan tinggi Amerika Serikat (AS) kembali diguncang setelah Presiden Donald Trump, melontarkan pernyataan kontroversial yang memicu perdebatan sengit.

Trump menyatakan bahwa 31 persen mahasiswa asing di Harvard University merupakan jumlah yang "terlalu banyak."

“Saya tidak menolak mahasiswa asing. Tapi 31 persen? Itu tidak masuk akal,” ujarnya dalam sebuah wawancara publik. dikutip pada Senin (26/5/2025).

“Banyak warga negara kita sendiri yang ingin masuk ke sana, tapi tak bisa, karena kursinya diisi oleh mahasiswa dari luar negeri,” tuturnya.

Saat ini, sekitar 7.000 mahasiswa internasional belajar di Harvard University, mewakili hampir 27 persen dari total populasi kampus. Namun, jumlah ini dianggap berlebihan oleh Trump, yang menuntut transparansi lebih dari pihak universitas.

“Kami ingin tahu siapa saja mahasiswa asing itu. Kami ingin tahu apakah mereka layak ada di sana atau tidak,” ucapnya.

Pernyataan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan mahasiswa internasional, yang kini tak hanya menghadapi proses visa yang makin ketat, tetapi juga sorotan politik yang menyudutkan.

Trump juga menyinggung soal pendanaan kampus. Ia menyatakan bahwa saat ini tidak ada negara asing yang memberikan sumbangan ke Harvard, sehingga menurutnya tidak ada alasan untuk memberikan kuota besar kepada mahasiswa luar negeri.

“Sekarang yang menyumbang adalah kami, Amerika. Jadi mengapa mereka mengisi bangku dengan warga asing begitu banyak?” katanya.

Ini bukan kali pertama Trump mengkritik kampus Ivy League. Ia menuduh Harvard dan universitas top lainnya sebagai pusat penyebaran ideologi radikal kiri, Marxisme, dan paham ‘woke’ yang menurutnya bertentangan dengan nilai-nilai Amerika.

Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, juga ikut bersuara. Ia menyatakan bahwa langkah pembatasan terhadap Harvard adalah peringatan bagi seluruh kampus di Amerika.

“Kampus harus menjadi tempat yang inklusif dan aman bagi semua kelompok, termasuk mahasiswa Yahudi. Kami akan memastikan hal itu,” ujar Noem kepada Fox News.

Sementara itu, mahasiswa asing terus merasakan dampak dari retorika politik ini. Banyak di antara mereka mengalami penundaan visa dan harus menunggu hingga 60 hari hanya untuk mendapatkan kejelasan administratif dari otoritas imigrasi.

“Kami benar-benar berada dalam ketidakpastian. Kami tidak tahu harus berharap atau bersiap untuk pulang,” kata salah satu mahasiswa internasional.

Kebijakan ini membuka babak baru dalam gesekan antara politik nasionalis dan pendidikan global. Harvard, sebagai simbol kebebasan akademik dunia, kini berada di tengah pertarungan ideologis antara nasionalisme dan inklusivitas global.

Apakah ini awal dari pengetatan besar terhadap pendidikan internasional di AS? Atau justru panggilan bagi kampus untuk lebih transparan dan inklusif? (mtr/hm17)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN