Peringatan WEF: Dunia Tak Siap Hadapi Krisis Ekonomi Besar Berikutnya

Presiden dan CEO Forum Ekonomi Dunia, Borge Brende, dalam acara tahunan Dewan Masa Depan Global di Dubai. (foto:victorbesa/thenational/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Presiden dan CEO Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF), Borge Brende, memperingatkan bahwa banyak negara saat ini tidak memiliki kesiapan finansial yang memadai untuk menghadapi guncangan ekonomi besar di masa depan.
Dalam pertemuan tahunan Dewan Masa Depan Global di Dubai — forum pra-Davos yang membahas kebijakan masa depan dunia — Brende menyebutkan bahwa pembuat kebijakan harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan laju pertumbuhan ekonomi global ke 4 persen, dari posisi saat ini yang stagnan di kisaran 3 persen.
“Gelembung ekonomi akan selalu ada. Tantangannya adalah bagaimana kita siap mengatasinya,” ujar Brende, dikutip dari media The National, Rabu (15/10/2025).
Krisis Tanpa “Amunisi” Fiskal
Brende menyoroti fakta bahwa banyak negara kini terlilit utang tinggi dan tidak memiliki cukup amunisi fiskal untuk menghadapi resesi berikutnya. Ia menekankan bahwa jika guncangan besar kembali terjadi, banyak negara bisa masuk ke dalam kondisi yang lebih buruk dari sebelumnya.
“Alasan dunia mampu melewati krisis keuangan global tahun 2008 dan pandemi Covid-19 adalah karena pemerintah saat itu punya kapasitas fiskal untuk mencegah terjadinya depresi ekonomi,” jelasnya.
“Kita mungkin tak bisa memprediksi masa depan, tapi kita tak punya alasan untuk tidak mempersiapkan diri.”
Pernyataan ini disampaikan beberapa hari setelah pasar keuangan global, terutama Wall Street, mengalami aksi jual tajam menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif tambahan 100 persen terhadap produk impor dari China.
Meski pemerintah AS berupaya melunakkan pernyataan tersebut, pasar sudah sempat tertekan. Kekhawatiran kembali muncul terhadap potensi bubble pasar saham AS, terutama terkait ledakan valuasi sektor kecerdasan buatan (AI).
“Kombinasi tarif tinggi, ketidakpastian perdagangan, dan utang negara yang besar membuat kondisi global sangat rapuh,” kata Brende.
AI dan Masa Depan Dunia Kerja
Brende juga mengangkat isu kecerdasan buatan yang disebutnya akan menjadi disrupsi besar terhadap dunia kerja dalam beberapa tahun mendatang.
“Akan muncul berbagai jenis pekerjaan baru, tetapi ini butuh kecerdikan dan kerja sama antar pemerintah serta sektor swasta,” katanya.
Sementara itu, Ohood Al Roumi, Menteri Negara untuk Pembangunan Pemerintahan dan Masa Depan Uni Emirat Arab (UEA), menekankan pentingnya pendekatan berbasis manusia dalam transformasi digital.
“Dunia digital baru ini harus didesain dengan manusia sebagai pusatnya. Keterampilan baru harus dibangun di seluruh lapisan masyarakat,” ujar Al Roumi.
Menurutnya, generasi muda yang lahir di era digital harus menjadi pusat pembangunan masa depan.
UEA sendiri telah melakukan investasi besar-besaran dalam teknologi AI untuk mempercepat inovasi dan efisiensi di berbagai sektor. (*/hm27)