Monday, July 7, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Penelitian Ungkap Dugaan Genosida terhadap Warga Aborigin di Era Kolonial

journalist-avatar-top
Minggu, 6 Juli 2025 18.11
penelitian_ungkap_dugaan_genosida_terhadap_warga_aborigin_di_era_kolonial_

Ilustrasi masyarakat Aborigin di Australia. (foto: BBC)

news_banner

Canberra, MISTAR.ID

Laporan terbaru dari Yoorrook Justice Commission, sebuah lembaga penyelidikan yang dipimpin masyarakat Aborigin, mengungkap dugaan genosida terhadap penduduk asli oleh penjajah Britania di Negara Bagian Victoria, Australia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sejak awal masa kolonial pada 1830-an, kekerasan sistematis, penyakit, dan penghilangan budaya telah mengakibatkan penurunan drastis populasi warga Aborigin.

Dalam temuan yang dirilis, Minggu (6/7/2025), disebutkan dalam waktu 20 tahun sejak penjajahan dimulai, populasi masyarakat adat di Victoria menurun sekitar 75%, dari 60.000 menjadi hanya 15.000 jiwa pada tahun 1851. Laporan ini secara tegas menyatakan: "Ini adalah genosida."

Komisi ini, yang dibentuk tahun 2021 sebagai proses "pengungkapan kebenaran" pertama di Australia, bertugas menyelidiki ketidakadilan historis dan sistemik yang dialami oleh masyarakat Aborigin dan Penduduk Selat Torres.

Selama empat tahun penyelidikan, lebih dari 1.300 kesaksian dan masukan dikumpulkan, mencakup isu-isu seperti perampasan tanah, pembunuhan massal, degradasi budaya, kekerasan seksual, penghapusan bahasa, hingga pengambilan paksa anak-anak Aborigin. Semua ini disebut berkontribusi pada kehancuran sosial dan fisik komunitas-komunitas adat di Victoria.

Komisi juga mengeluarkan lebih dari 100 rekomendasi sebagai langkah pemulihan. Beberapa di antaranya adalah ganti rugi (reparasi) kepada masyarakat Aborigin, reformasi kurikulum pendidikan untuk memasukkan perspektif masyarakat adat, permintaan maaf resmi kepada veteran Aborigin yang tidak mendapatkan hak atas tanah pascaperang, serta perbaikan sistem kesehatan, termasuk peningkatan dana dan perekrutan tenaga medis dari kalangan Aborigin.

Namun, laporan akhir ini memicu perdebatan internal. Tiga dari lima komisioner—Sue-Anne Hunter, Maggie Walter, dan Anthony North—menyatakan ketidaksetujuan terhadap sejumlah "temuan utama", meski tidak dirinci lebih lanjut.

Perdana Menteri Negara Bagian Victoria, Jacinta Allan, merespons laporan ini dengan menyebutnya sebagai "pengungkapan kebenaran yang menyakitkan", dan berjanji untuk mempelajari temuan secara mendalam.

Sementara itu, Jill Gallagher, pimpinan organisasi kesehatan masyarakat Aborigin di Victoria, menegaskan temuan genosida tersebut tidak terbantahkan. Ia menekankan pentingnya penerimaan dan rekonsiliasi, bukan menyalahkan generasi saat ini.

“Tidak ada yang kami salahkan dari generasi sekarang, tetapi semua warga Victoria hari ini punya tanggung jawab untuk menerima dan berdamai dengan kebenaran sejarah ini,” ujarnya kepada ABC.

Laporan ini menandai dimulainya babak baru dalam upaya rekonsiliasi Australia. Di negara bagian lain, proses serupa tengah berjalan dengan berbagai tingkat kemajuan. Namun, tantangan tetap besar, terutama setelah referendum nasional pada Oktober 2023 yang menolak pembentukan Aboriginal and Torres Strait Islander Voice—badan penasihat konstitusional untuk masyarakat adat. (mtr/hm24)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN