Nomor Ponsel PM Australia Bocor, Pemerintah Lakukan Penyelidikan

Perdana Menteri Anthony Albanese. (Foto: Getty Images)
Canberra, MISTAR.ID
Pemerintah Australia tengah menyelidiki kebocoran data yang mengungkap nomor ponsel Perdana Menteri Anthony Albanese, sejumlah pejabat, dan tokoh publik lainnya di negara tersebut.
Informasi pribadi itu muncul di sebuah situs berbasis di Amerika Serikat yang mengklaim memiliki jutaan nomor ponsel dan alamat email para profesional di seluruh dunia.
Wakil Perdana Menteri Australia, Richard Marles, mengatakan pemerintah telah mengetahui keberadaan situs tersebut dan telah mengambil langkah untuk menindaklanjuti temuan itu.
“Kami telah memberi tahu pihak berwenang dan saat ini prosesnya sedang berjalan. Namun, tentu saja ini menjadi perhatian,” ujar Marles seperti dikutip ABC News, Rabu (15/10/2025).
Kepolisian Federal Australia (AFP) dilaporkan telah meminta agar data kontak milik Perdana Menteri Albanese dihapus dari situs tersebut. Sejumlah lembaga juga bekerja untuk meminimalkan dampak bagi anggota parlemen lainnya.
Laporan pertama mengenai kebocoran ini disampaikan oleh Ette Media. Salah satu pendirinya, Antoinette Lattouf, turut menjadi korban setelah nomor pribadinya juga muncul di situs itu.
Stasiun televisi nasional ABC memilih tidak menyebut nama situs tersebut untuk menghindari penyebaran lebih lanjut data pribadi para korban. Namun, ABC mengonfirmasi bahwa beberapa nomor yang dicantumkan di situs itu benar adanya.
Belum diketahui sejak kapan informasi tersebut beredar secara daring, tetapi tim Perdana Menteri Albanese dilaporkan telah mengetahui persoalan ini sejak bulan lalu.
Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales, Chris Minns, yang juga menjadi salah satu korban, mengaku baru mengetahui kebocoran itu pada Rabu pagi. Ia menegaskan pentingnya perlindungan data pribadi di tengah kemajuan teknologi.
“Kami ingin memastikan bahwa data tersebut terlindungi. Namun, inilah kenyataan zaman sekarang teknologi berkembang sangat cepat,” ujarnya.
Situs yang mempublikasikan data itu mengklaim menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memindai media sosial, portal pekerjaan, dan situs lain guna mengumpulkan detail kontak yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan maupun profesional.
Hingga kini, ABC masih menunggu tanggapan resmi dari pihak pengelola situs tersebut. (hm25)