Wednesday, June 25, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Israel Kehabisan Amunisi Setelah 12 Hari Perang

journalist-avatar-top
Rabu, 25 Juni 2025 14.04
israel_kehabisan_amunisi_setelah_12_hari_perang

Salah satu serangan Iran pada Jumat sore waktu setempat ke kota Haifa, yang menyebabkan 10 juta orang mencari perlindungan. (f:reuters/florion goga/mistar)

news_banner

Tel Aviv, MISTAR.ID

Militer Israel dikabarkan mulai kehabisan senjata dan amunisi setelah 12 hari berperang secara intensif dengan Iran.

Mengutip laporan NBC News pada Rabu (25/6/2025), sejumlah pejabat AS yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan Israel kini menghadapi kelangkaan amunisi dan persenjataan penting lainnya, menambah tekanan bagi negeri itu untuk segera mengakhiri konflik.

Serangan Israel terhadap Iran dimulai sejak 13 Juni, menyusul tuduhan bahwa Teheran tengah menjalankan program nuklir militer secara rahasia.

Sebagai respons, Iran meluncurkan serangan balasan bertajuk Operation True Promise 3, menghantam beberapa instalasi militer Israel pada hari yang sama.

Meskipun Iran membantah memiliki ambisi nuklir militer, ketegangan terus meningkat. Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, pada 18 Juni lalu menegaskan hingga kini belum ditemukan bukti konkret terkait pengembangan senjata nuklir oleh Iran.

Situasi semakin memanas setelah Amerika Serikat menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni, langkah yang memicu respons cepat dari Teheran. Sehari kemudian, Iran meluncurkan rudal ke arah Pangkalan Udara Al Udeid, markas besar militer AS di Qatar.

Namun, pada malam harinya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran, menandai akhir dari perang selama hampir dua pekan. Gencatan senjata tersebut mulai berlaku secara resmi pada Selasa (24/6/2025).

Mantan Duta Besar Inggris untuk Suriah, Peter Ford, dalam wawancaranya dengan RIA Novosti, menyebut gencatan senjata ini kemungkinan besar akan bertahan, meskipun berpotensi ada pelanggaran kecil.

Menurut Ford, Israel kini berada dalam posisi lemah karena stok senjatanya menipis, dan justru lebih membutuhkan perdamaian dibandingkan Iran.

"Israel kehilangan daya tempur dan lebih membutuhkan waktu untuk konsolidasi. Ini bukan soal kalah atau menang, tetapi tentang siapa yang lebih sanggup bertahan," ujar Ford.[]

REPORTER: