Dampak Perang Iran-Israel, Pengamat Politik: Menuai Gejolak Geopolitik Internasional

Pengamat Politik Sumut, yang juga dosen FISIP UISU, Rafriadi Nasution (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Pengamat politik Sumatera Utara (Sumut), Rafriandi Nasution, mengecam keras terjadinya perang antara Iran dan Israel yang memicu ketegangan geopolitik global. Ia menilai konflik tersebut telah memecah dunia ke dalam dua blok besar.
“Dunia saat ini terbelah dalam menyikapi perang ini. Blok pendukung Israel seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, sementara Iran mendapat dukungan dari Rusia dan China,” ujar Rafriandi, Rabu (25/6/2025).
Ia menilai, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto cukup cermat dalam merespons perkembangan geopolitik internasional. Hal ini tercermin dari posisi Indonesia sebagai negara non-blok dalam menyikapi konflik global.
“Namun demikian, pemerintah tetap menunjukkan kewaspadaan tinggi dengan mulai memulangkan warga negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di Iran,” katanya.
Menurut Rafriandi, proses pemulangan WNI dilakukan secara bertahap. Hingga kini, sebanyak 97 dari lebih 300 WNI, termasuk pekerja, mahasiswa, dan warga lainnya telah berhasil dipulangkan ke tanah air.
Ia memperingatkan bahwa eskalasi konflik ini dapat berdampak serius terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
“Konflik ini berpotensi menimbulkan stagnasi ekonomi, mengganggu arus investasi, serta memengaruhi stabilitas keuangan yang tengah dibangun bersama mitra negara-negara Asia, Eropa, dan dunia internasional lainnya,” jelas mantan Anggota DPRD Sumut sekaligus dosen FISIP UISU tersebut.
Lebih lanjut, Rafriandi menyampaikan bahwa Indonesia harus berperan aktif dalam diplomasi global. Ia bahkan menyerukan agar tekanan diplomatik ditujukan kepada Amerika Serikat, khususnya kepada Presiden Donald Trump, agar tidak mengambil langkah ekstrem seperti penggunaan senjata nuklir terhadap Iran.
“Pemerintah Indonesia harus memperluas jangkauan diplomasi internasional. Tekanan moral dari komunitas global serta upaya gencatan senjata harus segera dilakukan. Rekonsiliasi global adalah kebutuhan mendesak,” terangnya. (ari/hm17)