Tuesday, October 7, 2025
home_banner_first
HUKUM & PERISTIWA

Aksi Tuntut Klarifikasi Bayi Meninggal di RSUD Sultan Sulaiman Nyaris Ricuh

Selasa, 7 Oktober 2025 20.59
aksi_tuntut_klarifikasi_bayi_meninggal_di_rsud_sultan_sulaiman_nyaris_ricuh

Kasat Pol PP Sergai, Wahyudi nyaris terlibat adu jotos dengan koordinator aksi saat demo massa di Kantor Bupati Sergai. (foto:damanik/mistar)

news_banner

Sergai, MISTAR.ID

Puluhan warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Desa Bakaran Batu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Bupati Sergai, Selasa (7/10/2025).

Aksi tersebut menuntut klarifikasi dari pihak RSUD Sultan Sulaiman terkait dugaan kelalaian medis yang menyebabkan kematian bayi laki-laki saat proses persalinan. Massa membawa sejumlah spanduk bertuliskan tuntutan keadilan dan mendesak pemerintah daerah turun tangan menyelesaikan kasus ini.

Namun, suasana aksi sempat memanas dan nyaris berujung bentrok antara koordinator aksi, Maruli Tua Saragi, dengan Kasat Pol PP Sergai, Wahyudi.

Ketegangan terjadi ketika Kepala Kesbangpol Sergai, Zulfikar, meminta massa untuk masuk ke halaman kantor agar tidak menghalangi jalan umum, sambil menyampaikan bahwa Bupati Sergai dan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) tidak dapat menemui massa, karena sedang ada kegiatan lain.

“Kami mohon tolonglah masuk, karena ini jalan umum. Mari sama-sama kita masuk dan berdiskusi. Bupati sedang ada kegiatan, Pak,” kata Zulfikar di hadapan para peserta aksi.

Namun, permintaan itu disambut dengan nada tinggi oleh koordinator aksi yang menanyakan keberadaan Kadinkes. Ucapan tersebut memicu emosi Wahyudi hingga nyaris terjadi adu jotos, beruntung sejumlah petugas dan peserta aksi berhasil melerai.

Setelah hampir dua jam bernegosiasi, pihak Kesbangpol dan tiga dokter RSUD Sultan Sulaiman yang menangani kasus kelahiran bayi tersebut, dr Salomo, dr Barata, dan dr Mira akhirnya menemui massa. Namun, para dokter dan Zulfikar menolak memberikan keterangan dengan alasan kasus ini telah dilaporkan ke Polda Sumatera Utara (Sumut).

“Kami tidak bisa memberikan klarifikasi karena kasus ini sudah dilaporkan ke Polda Sumut,” ujar Zulfikar di hadapan peserta aksi.

Sempat terjadi perdebatan antara perwakilan massa dan pejabat yang hadir, namun aksi akhirnya berjalan kondusif setelah massa membubarkan diri.

Kasus ini bermula saat istri Sudiyanto Siregar, bernama Tonggoria Tambun, mengalami kontraksi dan dibawa ke RSUD Sultan Sulaiman, Sabtu (6/9/2025) sekitar pukul 01.30 WIB. Setibanya di IGD, pasien hanya mendapat tindakan awal seperti pemasangan infus, lalu dipindahkan ke ruang rawat inap tanpa tindakan medis lebih lanjut.

Menurut penuturan Sudiyanto, permintaannya untuk merujuk istrinya ke rumah sakit lain ditolak oleh petugas dengan alasan prosedural. Hingga pukul 10.30 WIB barulah proses operasi caesar dimulai, namun bayi yang dilahirkan meninggal dunia.

“Bayangkan, dari jam 1.30 dini hari sampai hampir siang, istri saya hanya menunggu tanpa tindakan berarti. Saya sudah minta dirujuk, tapi ditolak,” ungkap Sudiyanto dengan nada kecewa.

Sebelumnya, warga Desa Bakaran Batu juga telah melakukan aksi serupa menuntut pencopotan Direktur RSUD Sultan Sulaiman sebagai bentuk tanggung jawab moral atas insiden tersebut. (hm16)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN