Tuesday, October 7, 2025
home_banner_first
SAINS & TEKNOLOGI

Supermoon dan Harvest Moon 2025 Hiasi Langit Indonesia Malam Ini

Selasa, 7 Oktober 2025 19.58
supermoon_dan_harvest_moon_2025_hiasi_langit_indonesia_malam_ini

Ilustrasi Supermoon. (foto:reuters/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Langit malam ini, Selasa (7/10/2025), akan menampilkan pemandangan langka dan menakjubkan. Bulan akan memasuki fase purnama yang bertepatan dengan dua fenomena langit sekaligus, yakni Supermoon dan Harvest Moon.

Fenomena ganda ini dapat disaksikan langsung tanpa bantuan teleskop, selama kondisi cuaca di wilayah pengamatan cukup cerah.

Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Setyoajie Prayoedhie, menjelaskan bahwa waktu terbaik untuk melihat Supermoon di Indonesia adalah saat Bulan baru terbit.

“Waktu terbaik menyaksikan Supermoon di Indonesia pada saat Bulan terbit (biasanya setelah matahari terbenam) sehingga warna Bulannya terlihat bagus dan jelas,” ujar Ajie dikutip dari Kompas.com, Selasa (7/10/2025).

Apa Itu Supermoon dan Harvest Moon?

Ajie menjelaskan, purnama kali ini disebut Supermoon karena posisi Bulan sedang berada di perigee, yaitu jarak terdekatnya dengan Bumi. Kondisi ini membuat ukuran Bulan tampak lebih besar dan cahayanya lebih terang dibanding purnama biasa.

“Pada purnama tanggal 7 Oktober 2025 posisi Bulan berada di perigee (jarak terdekat dengan Bumi), sehingga terlihat lebih besar. Oleh karena itu disebut Supermoon,” jelasnya.

Fenomena Supermoon kali ini menjadi yang pertama pada tahun 2025. Sementara istilah Harvest Moon digunakan karena purnama ini bertepatan dengan musim gugur di belahan Bumi utara. Dalam tradisi masyarakat di wilayah tersebut, purnama pada musim gugur dikenal sebagai Harvest Moon.

“Adapun Harvest Moon disebut demikian karena purnama di belahan Bumi utara bertepatan dengan musim gugur,” tambah Ajie.

Mengapa Supermoon dan Harvest Moon 2025 Dianggap Langka?

Fenomena ini tergolong langka karena dua peristiwa langit tersebut jarang sekali terjadi bersamaan. Mengutip Space.com, antara tahun 1970 hingga 2050 hanya tercatat 18 kali Harvest Moon yang jatuh pada bulan Oktober.

Fenomena serupa terakhir kali terjadi pada tahun 2020 dan baru akan terulang lagi pada 2028 mendatang. Biasanya, Harvest Moon muncul di bulan September, berdekatan dengan equinox musim gugur. Namun pada tahun ini, terjadi pergeseran waktu akibat perubahan posisi orbit Bulan.

Pada 2025, purnama September muncul 15 hari sebelum equinox, sementara purnama Oktober terjadi 14 hari setelahnya. Pergeseran ini menjadikan Harvest Moon Oktober 2025 sebagai yang paling terlambat dalam 38 tahun terakhir.

Dengan posisi Bulan yang lebih dekat dari biasanya, masyarakat Indonesia berkesempatan menyaksikan Supermoon dan Harvest Moon malam ini dengan mata telanjang.

Penjelasan Ilmiah Supermoon

Dilansir dari akun Instagram resmi BMKG, orbit Bulan mengelilingi Bumi berbentuk elips, bukan lingkaran sempurna. Akibatnya, Bulan memiliki titik terdekat dengan Bumi yang disebut perigee, dan titik terjauh yang dinamakan apoge.

Supermoon terjadi ketika fase Bulan purnama bertepatan dengan posisi Bulan di sekitar titik perigee tersebut.

BMKG menyarankan waktu terbaik untuk menyaksikan Supermoon di Indonesia adalah mulai saat Bulan terbit, yakni sekitar pukul 17.55 WIB hingga malam hari. Pada rentang waktu tersebut, penampakan Bulan akan terlihat sangat jelas dan menawan.

Berdasarkan data BMKG, fase Bulan purnama terjadi pada 7 Oktober 2025 pukul 10.47 WIB, sedangkan puncak perige atau jarak terdekat Bulan dengan Bumi akan terjadi pada 8 Oktober 2025 pukul 19.35 WIB, dengan jarak 359.819 km.

Sebagai perbandingan, Supermoon kali ini akan 12 persen lebih besar dibanding purnama apoge pada 13 April 2025, saat Bulan berjarak 404.006 km dari Bumi. Perbedaan jarak yang signifikan ini membuat Supermoon menjadi pemandangan istimewa.

“Intip langit sore nanti dan nikmati pesona Supermoon 2025!” tulis BMKG dalam unggahannya.

Fenomena ini juga memiliki dampak terhadap kondisi laut di Bumi. Supermoon dapat menyebabkan air pasang menjadi lebih tinggi dan air surut lebih rendah dari kondisi normal. Karena itu, BMKG mengimbau masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pesisir, untuk mewaspadai potensi peningkatan tinggi pasang air laut. (**/hm16)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN