Thursday, July 3, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Sumut Tiga Kali Deflasi, Petani dan Peternak Terancam Merugi

journalist-avatar-top
Rabu, 2 Juli 2025 14.03
sumut_tiga_kali_deflasi_petani_dan_peternak_terancam_merugi

Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara, Gunawan Benjamin. (Foto: Istimewa/Mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Pada kuartal pertama 2025, Sumut mengalami tiga kali deflasi, yaitu pada Februari sebesar 0,09 persen, Mei 0,49 persen, dan Juni 0,19 persen. Deflasi periode Januari hingga Maret, banyak dipengaruhi oleh diskon tarif listrik.

Menanggapi masalah ini, Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, mengatakan deflasi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2025 secara month to month (m-to-m) sebesar 0,19 persen dibandingkan Mei 2025.

"Bulan Januari dan Februari menjadi penyamar potensi inflasi. Pada Juli, Sumut memiliki peluang cetak inflasi walau deflasi tetap membayangi. Deflasi Mei dan Juni, seharusnya tidak berlanjut hingga Juli, Sumut harus cetak inflasi dan hentikan deflasi," katanya, Selasa (2/7/2025).

Jika deflasi terus berlanjut, menurut Gunawan, petani dan peternak akan merugi sehingga menyulitkan mereka bercocok tanam atau beternak lagi. Bahkan, sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Harga cabai merah saat ini di kisaran Rp10.000 hingga Rp20.000 per kilogram. Meski terdapat perbedaan di beberapa pasar, harga tersebut jelas berada setengah harga di level petani. Tidak ada ruang jika harga turun lagi. Realisasi harga saat ini kemungkinan hanya cukup untuk membiayai ongkos panen," ucapnya.

Deflasi yang terjadi menjadi gambaran bagaimana realitas daya beli masyarakat melemah. Hal tersebut bisa menimbulkan masalah lain, seperti pengangguran.

"Contohnya, harga daging ayam dan telur melemah. Ini menyebabkan kerugian pada peternak. Konsumsi pakan yang ditekan bisa membuat perusahaan pakan dan peternak menurunkan jumlah pasokan ayam, akan terjadi efisiensi tenaga kerja di situ," ujarnya.

Selanjutnya, deflasi juga membuka peluang kejutan inflasi ke depannya. Potensi terjadi gejolak harga pangan dapat memperburuk daya beli jika inflasi terjadi bersamaan dengan daya beli masyarakat yang melambat.

"Upaya menghentikannya ada banyak, yaitu memberikan bantuan sosial dan pangan meski efektifitasnya tergantung berapa banyak masyarakat yang menerima kuantitas bantuan. Kebijakan lain, memberikan subsidi transportasi demi kelancaran arus barang pengendali supply. Pemerintah juga bisa standby buyer saat harga mulai turun," tuturnya.

Langkah jangka panjang yang bisa dilakukan, menurut Gunawan, pemerintah bisa punya instrumen kebijakan yang dapat meredam deflasi.

“Seperti membangun resi gudang yang dilengkapi mesin pendingin, kemudian melakukan hilirisasi produk pertanian. Hingga memberikan pendampingan pola tanam yang sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat. (amita/hm20)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN